Sebuah Refleksi Hari Perdamaian Dunia

22 Sep 2015 10:53 6909 Hits 0 Comments
selamat hari perdamaian dunia, semoga tetap beragam.

"Selamat Hari Perdamaian, semoga hate spech selalu menjadi sesuatu yang haram bagi kitaâ ucap salah seorang pengguna facebook dengan akun yang bernama Mr. Z.  Tanggal 21 September sendiri memang menjadi hari perdamaian internasional  (the International Day Of Peace) yang digagas oleh PBB yang ditetapkan Majelis Umum PBB melalui Resolusi Nomor 55/282 pada Tahun 1991

Damai yang hakiki rasanya belum bisa kita rasakan warga dunia. Adanya gejolak politik yang dipengaruhi oleh geo politik. Adanya pertarungan antara Rusia dan Crimea (Ukraina), Negara Islam Irak Suriah (NIIS) yang selalu menebarakan ketidakdamaian pada orang-orang sekitar, serta penyebaran agama transnasional yang mengusik kedamaian lokal.

Melihat kondisi geo politik yang diperparah dengan ekonomi global yang tidak stabil. Perlu adanya sang messias untuk turun tangan dalam pergolakan ini.  Entah itu keluar dari belahan dunia mana, yang pasti warga dunia berharap banyak. Ketika dunia bergejolak persoalan ketidak damaian, bagaimana dengan Indonesia ?

Pertanyaan cocok dilayangkan pada kita sebagai warga negara. Pesan putri (Alm) Guru Bangsa Gus Dur, Yenny berpesan perdamaian ini harus terus disuarakan dan harus berani menyuarakannya dengan cara-cara kreatif. "Musuh utama kita adalah rasa takut, apatisme, dan cuek. Padahal ini adalah masalah kita semua," terangnya dalam acara memperingati ((the International Day Of Peace di Balai Kota, Jakarta. (detik.com)

Memang benar adanya, Mbak Yeni berpesan seperti itu. Pertama, rasa takut bangsa ini belum bisa menghilangkan meski sudah reformasi 17 tahun. Sejarah bangsa ini mencatat betapa represifnya orientasi demokrasi (orde) baru terhadap rakyat yang dianggap membelot dari pancasila. Contoh, ketakutan mahasiswa menggelar diskusi yang bertema ekstrem kata salah satu seniorku.

Kedua, apatisme bangsa ini mulai tumbuh perlahan tepo seliro (saling empati) karena pengaruh budaya global dan agama transnasional. Budaya luar yang dimakan mentah-mentah oleh sebagian masyarakat mengakibatkan apatisme tumbuh subur. Aliran agama dari luar yang akhir-akhir ini menjadi tren, memiliki tingkat apatisme yang tinggi. Membayangkan âbeliau-beliauâ hanya mau berkumpul dengan yang sama.  Diperparah âmen-judgeâ yang beda dengan ucapan yang kurang etis, seperti pembelot dan kafir. Bukan bermaksud menyudutkan, tapi apatisme ini sedikit mencoreng kedamaian tatanan sosial yang sudah dibangun oleh founding father sedemikian rapi. Ketiga, cuek terhadap sesuatu. Kritisime seseorang mulai luntur ketika jarang serawung (musyawarah) dengan orang lainâ ujara Mr. S dalam sebuah diskusi berkelas nasional. Ke-cuek-an akan terus bertumbuh pesat sehingga dapat menumbuhkan rasa benar sendiri. Menutup diri dari pendapat orang lain, merupakan salah satu cirinya. Mengambil istilah filsafat ilmu âSintesa dikolaborasikan dengan antitesa menghasilkan sintesisa kemudian dibantah dengan antitesaâbegitupun seterusnya. Kalau terlalu bingung, contoh konkritnya adalah daur hujan antar komponen saling mendukung. Cuek-isme salah satu komponen hujan misalnya, air tentu tidak bisa menjadi bahan baku untuk proses penguapan ke awan. Begitu pula, cuek terhadap keadaan sosial yang hari ini terjadi, membuat kita tak mau bergerak untuk maju kedepan melainkan mengalah tanpa ada usaha sehingga tatanan masyarakat yang âpincangâ memperlebar jarak antara borjuis dengan proletar semakin jauh.

Cita-cita Mbah Marx untuk mendamaikan kelas tentunya perlu kritisisme yang lebih. Bukan tugas seorang agamawan yang mengidap candu sehingga tidak mau berjuang menghancurkan tatanan kelas sosial Karl Marx, akan tetapi seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang latar belakang, agama, suku, dan ras. Senada dengan cita-cita Mbah Gajah Mada yang ingin mempersatukan nusantaraâ dikolaborasikan dengan Mbah Gus Dur untuk kedamaian yang hakiki bersama sila ketiga persatuan Indonesia.

Semoga tercapai cita-cita kita. 

Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel