Smartphone Ratna

21 Sep 2015 04:23 2089 Hits 0 Comments
Ada rahasia di dalam smartphone-nya Ratna...

Hari itu sepertinya bukan hari yang baik bagi Ratna, dia pulang ke rumah dengan wajah muram; badannya bungkuk lesu. Pamannya yang sedang mengobrol dengan tetangga menyudahi obrolan, lalu masuk ke dalam kamarnya.

 

“Sepertinya ada masalah?”

 

“Tidak ada…”

 

“Benar?”
 

“Iya… Ratna hanya sedikit lemas, tadi ujian matematika dapat nilai 5, dan harus mengulanginya lagi besok.”

 

“Hmmm… yasudah.”

 

“Eh… kalau mau martabak, ada di atas kulkas, rasa coklat kacang kesukaanmu.”

 

“Terimakasih paman.”

 

***

 

Esok paginya, Ratna dimarahi oleh gurunya karena terlambat, akibat angkot yang ditumpanginya mogok.

 

“Huh… terlambat melulu, dasar siput!” Kata Nani, teman sekelas Ratna, di kantin.

 

Tak lama kemudian, datang Lina dan Tika, kawan se-geng Nani. Ratna memainkan smartphone-nya, tidak menghiraukan kehadiran mereka.

 

“Uh, aku jadi gemas sama anak ini… heh, kenapa sih waktu itu kita ngajakin ke pantai, kamu gak mau ikut, malah seperti… menghindar gitu, keki ya sama kita-kita ini?”

 

Ratna tetap memainkan smartphone-nya.

 

“Jawab hey!” Nani menyenggol lengan Ratna.

 

“Karena aku tidak punya uang untuk kesananya.”

 

“Tidak punya uang? Bukannya pamanmu yang sekarang jadi orangtuamu itu bekerja? Ya berarti punya uang dong, kenapa gak minta? Benar kan kata aku juga, kamu keki.”

 

“Jangan berkata seperti itu, kamu tidak tahu tentang aku atau juga pamanku!”

 

“Eh… biasa aja dong tidak perlu melotot seperti itu matanya, mentang-mentang yatim piatu, jangan merasa kebal ya, dan…”

 

“Lihat mukaku ketika aku sedang berbicara!” Dengan penuh emosi, Nani menepak tangan Ratna sehingga smartphone-nya terjatuh.

 

Ratna langsung mendorong Nani hingga bertengkar.

 

Tak berlangsung lama, Yayu yang juga teman sekelas mereka, datang melerai; menarik Ratna keluar dari incaran bogem Nani.

 

“Tak bisakah kamu berhenti mengganggu Ratna?” Tanya Yayu.

 

Nani memperbaiki rambutnya yang acak-acakan, “Dia keki sih sama aku, Lina, dan Tika.”

 

Yayu membawa Ratna keluar dari kantin.

 

“Kamu tidak apa-apa?”

 

“Tidak apa… aku hanya sakit sedikit.” Jawab Ratna sambil mengelap ujung bibirnya yang berdarah.

 

***

 

Besoknya, Nani dan kawan-kawan kembali mendatangi Ratna, kali ini di taman kota.

 

“Hey, aku hanya mau minta maaf soal kemarin.”

 

“Ya, tidak apa-apa.”

 

“Eh, selama ini kok kita tidak pernah tahu sih siapa pacar kamu?”

 

“Aku tidak punya pacar.”

 

“Yang benar… masa sih, kamu kan cantik. Mmm… sepertinya di HP ada foto-foto si dia tuh.”

 

“Sumpah tidak ada.” Kata Ratna sambil terus memainkan smartphone-nya.

 

“Masih saja cuek, menyebalkan.” Kata Nani dalam hati. Matanya meliuk ke smartphone Ratna, kemudian mencoba mengambilnya.

 

“Apaan? Diamlah Nan, jangan menggangguku!”

 

Nani kembali mencobanya dan berhasil, tapi terlepas sehingga jatuh ke tanah. Untungnya, Yayu yang baru saja kembali dari membeli makanan, segera datang dan membawa Ratna dari sana.

 

“Huh dasar! Di HP-nya pasti ada tuh semua rahasianya.” Kata Nani.

 

***

 

“Terimakasih Yay, sudah repot-repot mau membantuku.”

 

“Tidak apa-apa lah, itulah gunanya sahabat.”

 

“Hmmm… seharusnya kamu jangan terlalu sering memainkan HP-mu, bersosial lah secara langsung, bukan lewat dunia maya. Lagipula tidak baik kalau sedang mengobrol dengan orang, atau ada orang yang dikenal disekitar kita, kita malah cuek, seperti memainkan HP misalnya.”

 

“Hemh… iya Yay makasih.”

 

***

 

Siang itu, seorang siswa datang ke kantin, “Wey, ada yang ketabrak tuh diluar, meninggal!”

 

Nani dan Yayu yang sedang mengobrol, segera menuju ke tempat kejadian.

 

Di jalan depan sekolah, mereka melihat tubuh Ratna yang bersimbah darah telah ditutupi oleh koran.

 

“Segera hubungi polisi, ini ada yang berhasil memotret plat nomornya!” Kata seorang warga.

 

Ketika tubuh Ratna diangkut warga ke dalam ambulans, smartphone-nya terjatuh dari saku rok. Nani yang melihat, dengan sigap mengambilnya. Dia langsung ke pinggir jalan.

 

“Apa yang kamu lakukan? Kembalikan Nan!” Kata Yayu sambil mencengkeram lengan Nani.

 

“Setelah melihat isinya!” Jawab Nani.

 

Ketika dibuka, isinya hanya game, musik, dan foto-foto ayah dan ibunya yang telah lama wafat; tidak ada foto-foto lelaki atau yang lainnya.”

 

“Selama ini tuduhanku salah.” Kata Nani.

Tags

About The Author

Fajar Sany 25
Novice

Fajar Sany

Saya adalah Fajar, manusia biasa, bukan manusia super atau yang aneh-aneh lainnya.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel