Denyut Jantung dan Kriminalitas

12 Sep 2015 16:00 2058 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Apakah hubungan rendah atau tingginya denyut jantung dengan perilaku kriminalitas?

Berdasarkan studi asal Swedia, remaja yang memiliki detak jantung rendah memiliki kemungkinan untuk melakukan tindak kriminal ketika sudah beranjak dewasa.

Pada studi atau penelitian tersebut, para peneliti menganalisa informasi hasil dari penelitan 710 ribu pria yang detak jantungnya diukur ketika mereka berumur 18 tahun, sebagai bagian dari tes militer yang pada waktu itu bersifat wajib di Swedia pada tahun 2009.

Para peneliti membagi para remaja pria tersebut kedalam lima grup berdasarkan denyut jantung mereka. Dari penelitian itu ditemukan bahwa, remaja pria dengan denyut jantung terendah (yaitu sekitar 60 denyut per menitnya), 39% diantaranya memiliki kemungkinan untuk dihukum akibat tindak kriminal kekerasan beberapa puluh tahun kemudian dibandingkan dengan para remaja pria dengan denyut jantung sebanyak 83 denyut per menitnya.

Tindak kriminal kekerasan tersebut terdiri atas pembunuhan, penyerangan, perampokan dan pembakaran serta tindak kriminal lainnya.

Temuan ini digelar setelah para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi denyut jantung, seperti tinggi badan, berat badan, dan faktor lainnya yang memiliki resiko kemungkinan untuk melakukan tindak kriminal termasuk didalamnya status sosio ekonominya.

Penelitian tersebut juga menemukan bahwa pria dengan denyut jantung terendah saat istirahat, 25% nya memiliki kemungkinan untuk dihukum karena melakukan tindak kriminal yang bukan kekerasan (seperti yang melibatkan obat-obatan terlarang). Kemudian, 39% diantaranya memiliki kemungkinan untuk cedera akibat kecelakaan seperti tabrakan mobil, dibandingkan dengan pria dengan yang memiliki denyut jantung saat istirahat tertinggi.

Ada dua teori tentang mengapa seseorang dengan denyut jantung yang rendah meningkatkan resiko seseorang tersebut untuk melakukan kekerasan.

Yang pertama, seseorang dengan denyut jantung saat istirahat yang rendah memiliki tingkat atau gairah yang rendah dengan apa yang namanya rasa “awas” dan “terbangun”. Menurut para peneliti, menjadi sebuah kemungkinan bahwa seseorang yang memiliki denyut jantung yang rendah mencari cara untuk meningkatkan gairah dengan melakukan tindakan atau perlakuan kriminal.

Hal ini juga dapat berarti bahwa seseorang dengan denyut jantung yang rendah memiliki reaksi lebih kecil ketika mengalami sesuatu yang normal seperti pengecekan denyut jantung, yang juga berarti mereka menjadi tak kenal takut terhadap resiko dan konsekuensi dari pengecekan denyut jantung tersebut.

Sebuah penelitian lain menemukan bahwa penelitian di atas tidak dapat membuktikan bahwa seseorang dengan denyut jantung yang rendah dapat menyebabkan timbulnya perlakuan kekerasan. Hal ini diungkapkan oleh seorang profesor dari Universitas Pennsylvania bernama Adrian Raine.

Menurutnya, faktor lain seperti DNA dan lingkungan tempat tinggal seseorang juga merupakan faktor yang mempengaruhi seberapa besar kemungkinan seseorang dapat melakukan tindak kekerasan. [FM]


via mashable

Tags

About The Author

Fahd M. 80
Professional

Fahd M.

Saya suka menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknologi, khususnya gadget dan komputer. Selain itu saya juga suka hal-hal yang berkaitan dengan Jepang.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel