Ada ayam panggang, ayam gulai, ayam rendang, ayam goreng dan sebagainya. Ayam goreng pun terbagi lagi menjadi ayam PoP, ayam Kentucky, ayam Kalasan dan sebagainya.
Itu untuk konsumsi perut. Kalo untuk konsumsi sekitar wilayah perut? Ada lagi istilahnya yaitu ayam kampus, ayam abu-abu dan yang sering berkeliaran khususnya di daerah Nagoya yaitu Ayam Bersepatu.
Ayam bersepatu ini paling gampang di kenali dari dandanannya yang seksi dan sering berkeliaran keluar masuk Mall, diskotek maupun Hotel-hotel.
Ayam bersepatu ini biasanya menjadi langganan Apek-apek singapura. Apek-apek singapura adalah istilah untuk membedakan mereka dengan turis yang lain seperti bule atau Jepang yang lebih suka menikmati golf murah di Batam. Apek-apek ini sebenarnya bukan dari kalangan The Have. Mereka biasanya berprofesi sebagai sopir taksi, sopir bus kota, Cleaning service, satpam dan sebagainya. Penghasilan mereka pas-pasan untuk hidup di Singapura. Tapi masih terhitung lumayan kalau di kurskan ke dalam rupiah.
Coba bayangkan, hanya bermodalkan 500 dolar Singapura saja, mereka sudah bisa menginap di hotel, makan sea food dan tentunya menikmati ayam Bersepatu semalam suntuk. Sekalipun mereka sopir taksi, apalah artinya uang 500 dolar untuk ukuran gaji mereka . Oleh sebab itu, apek-apek bisa makan angin seminggu sekali ke Batam.
Dari aspek ekonomi, kehadiran apek-apek Singapura ini adalah ladang subur bagi tempat hiburan, penginapan, dan sebagainya. Turis yang satu ini juga adalah pembeli yang haus akan suasana bebas aturan seperti yang mereka temui di Batam. Mereka jenuh dengan kehidupan kerja yang kompetitif. Sehingga pelariannya adalah ke Batam yang hanya berjarak satu jam dengan ferry. Di Batam, mereka berimajinasi menuruti naluri mereka yang terkekang oleh kehidupan moderen. Maka terjadilah hukum dagang. Ada pembeli, ada penjual.
Suka tidak suka, banyaknya apek Singapura yang datang ke Batam sedikit banyak ikut menggairahkan perekonomian daerah.
auroraazzura.wordpress.com
Ada ayam panggang, ayam gulai, ayam rendang, ayam goreng dan sebagainya. Ayam goreng pun terbagi lagi menjadi ayam PoP, ayam Kentucky, ayam Kalasan dan sebagainya.
Itu untuk konsumsi perut. Kalo untuk konsumsi sekitar wilayah perut? Ada lagi istilahnya yaitu ayam kampus, ayam abu-abu dan yang sering berkeliaran khususnya di daerah Nagoya yaitu Ayam Bersepatu.
Ayam bersepatu ini paling gampang di kenali dari dandanannya yang seksi dan sering berkeliaran keluar masuk Mall, diskotek maupun Hotel-hotel.
Ayam bersepatu ini biasanya menjadi langganan Apek-apek singapura. Apek-apek singapura adalah istilah untuk membedakan mereka dengan turis yang lain seperti bule atau Jepang yang lebih suka menikmati golf murah di Batam. Apek-apek ini sebenarnya bukan dari kalangan The Have. Mereka biasanya berprofesi sebagai sopir taksi, sopir bus kota, Cleaning service, satpam dan sebagainya. Penghasilan mereka pas-pasan untuk hidup di Singapura. Tapi masih terhitung lumayan kalau di kurskan ke dalam rupiah.
Coba bayangkan, hanya bermodalkan 500 dolar Singapura saja, mereka sudah bisa menginap di hotel, makan sea food dan tentunya menikmati ayam Bersepatu semalam suntuk. Sekalipun mereka sopir taksi, apalah artinya uang 500 dolar untuk ukuran gaji mereka . Oleh sebab itu, apek-apek bisa makan angin seminggu sekali ke Batam.
Dari aspek ekonomi, kehadiran apek-apek Singapura ini adalah ladang subur bagi tempat hiburan, penginapan, dan sebagainya. Turis yang satu ini juga adalah pembeli yang haus akan suasana bebas aturan seperti yang mereka temui di Batam. Mereka jenuh dengan kehidupan kerja yang kompetitif. Sehingga pelariannya adalah ke Batam yang hanya berjarak satu jam dengan ferry. Di Batam, mereka berimajinasi menuruti naluri mereka yang terkekang oleh kehidupan moderen. Maka terjadilah hukum dagang. Ada pembeli, ada penjual.
Suka tidak suka, banyaknya apek Singapura yang datang ke Batam sedikit banyak ikut menggairahkan perekonomian daerah.
auroraazzura.wordpress.com