Disalah satu desa di pedalaman Kalimantan, seorang tua berbicara dengan seorang anak muda tentang jembatan di kampungnya. Di jaman Belanda kondisinya selalu dalam keadaan baik. Bangunannya kukuh dan selalu terawat baik. Namun sejak zaman kemerddekaan dia mulai rusak. Pernah diperbaiki dengan Dana Inpres. Tapi tak sampai 3 bulan sudah rusak lagi. Setelah menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana kukuhnya bangunan Zaman Belanda dulu akhirnya orang tua itupun mengakhirinya dengan satu pertanyaan, Kapan Zaman Kemerdekaan ini berakhir?
Kalau diteruskan, banyak lagi kisah seperti ini. Kita acap mendengar “sindiran†para orang tua yang memang saksi sejarah bagaimana di Zaman Belanda dahulu masyarakat kita lebih punya disiplin. Para guru memang masih bisa digugu dan ditiru. Para dokter, perawat dan bidan masih benar-benar memperhatikan pasiennya. Ringkasnya etos bermasyarakat secara baik masih hidup subur. Semuanya serba tertib mengikuti aturan.
Belum lagi saat menyimak cerita berikut ini. Saat itu tepat warga masyarakat merayakan HUT kemerdekaan RI. Sepanjang jalan bendera merah putih berkibar. Umbul-umbul turut memeriahkan suasana pada saat itu. Dari arah kejauhan, terdengar suara ambulan meraung-raung. Kemudian seseorang yang duduk disamping pak sopir melambai-lambaikan tangan keluar jendela meminta jalan. Tampaknya seseorang benar-benar membutuhkan pertolongan dokter dengan segera.
Akan tetapi raungan sirene Ambulan itu seperti ditelan bumi. Mobil-mobil yang melaju tak ada satupun yang menghiraukannya. Sampai di perempatan, lampu lalu lintas menyala. Belasan mobil serta merta berhenti sementara ambulan terjebak ditengah-tengah tak mampu bergerak. Entahlah apa yang terjadi pada pasien didalam ambulan tersebut. Bisa jadi dia tengah bergulat dengan maut. Orang yang disebelah sopir itu masih juga melambai-lambaikan tangan meminta jalan. Tapi tangan yang melambai-lambai itu seakan tak punya arti apa-apa.
Tidak mengertikah orang-orang itu akan fungsi ambulan? Tidakkah mereka memahami arti suara sirene yang meraung-raung keras ditengah jalan itu?Tidakkah mereka berpikir andai saja yang didalam ambulan itu adalah sanak saudara atau kerabatnya..
Â
Disalah satu desa di pedalaman Kalimantan, seorang tua berbicara dengan seorang anak muda tentang jembatan di kampungnya. Di jaman Belanda kondisinya selalu dalam keadaan baik. Bangunannya kukuh dan selalu terawat baik. Namun sejak zaman kemerddekaan dia mulai rusak. Pernah diperbaiki dengan Dana Inpres. Tapi tak sampai 3 bulan sudah rusak lagi. Setelah menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana kukuhnya bangunan Zaman Belanda dulu akhirnya orang tua itupun mengakhirinya dengan satu pertanyaan, Kapan Zaman Kemerdekaan ini berakhir?
Kalau diteruskan, banyak lagi kisah seperti ini. Kita acap mendengar “sindiran†para orang tua yang memang saksi sejarah bagaimana di Zaman Belanda dahulu masyarakat kita lebih punya disiplin. Para guru memang masih bisa digugu dan ditiru. Para dokter, perawat dan bidan masih benar-benar memperhatikan pasiennya. Ringkasnya etos bermasyarakat secara baik masih hidup subur. Semuanya serba tertib mengikuti aturan.
Belum lagi saat menyimak cerita berikut ini. Saat itu tepat warga masyarakat merayakan HUT kemerdekaan RI. Sepanjang jalan bendera merah putih berkibar. Umbul-umbul turut memeriahkan suasana pada saat itu. Dari arah kejauhan, terdengar suara ambulan meraung-raung. Kemudian seseorang yang duduk disamping pak sopir melambai-lambaikan tangan keluar jendela meminta jalan. Tampaknya seseorang benar-benar membutuhkan pertolongan dokter dengan segera.
Akan tetapi raungan sirene Ambulan itu seperti ditelan bumi. Mobil-mobil yang melaju tak ada satupun yang menghiraukannya. Sampai di perempatan, lampu lalu lintas menyala. Belasan mobil serta merta berhenti sementara ambulan terjebak ditengah-tengah tak mampu bergerak. Entahlah apa yang terjadi pada pasien didalam ambulan tersebut. Bisa jadi dia tengah bergulat dengan maut. Orang yang disebelah sopir itu masih juga melambai-lambaikan tangan meminta jalan. Tapi tangan yang melambai-lambai itu seakan tak punya arti apa-apa.
Tidak mengertikah orang-orang itu akan fungsi ambulan? Tidakkah mereka memahami arti suara sirene yang meraung-raung keras ditengah jalan itu?Tidakkah mereka berpikir andai saja yang didalam ambulan itu adalah sanak saudara atau kerabatnya..