Renungan dalam Shalat

17 Aug 2015 07:49 2795 Hits 0 Comments
Renungan yang terkandung dalam shalat

Pict by Google

~ Takbir

                Bersamaan dengan niat shalat, kita memulai shalat dengan mengangkat dua tangan untuk mengucap takbir, Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Tabir pembuka shalat ata takbiratul ihram dilakukan dengan menghadapkan kedua telapak tangan ke arah ka’bah, sedangkan bagian luarnyamembelakangi dunia. Kita hadapkan hati kepda pemilik ka’bah dan kita lupakan semua urusan duniawi.

                Takbir menghapus dua virus yang berbahaya, yaitu anggapan adanya sesuatu yang lebih besar dari Allah atau sebanding dengan-Nya, dan yang kedua yaitu virus yang membuat dirinya merasa lebih mulia, lebih suci, lebih shaleh, lebih penting dari orang lain.

~ Membaca Al Fatihah

                Kita memulai surat al-Fatiha dengan membaca ta’awudz, khusus pada raka’at pertama. Kita memohon perlindungan dari goda’an syetan, karena kita akan membaca firman-firman Allah. Ibadah paling pokok adalah shalat dan bacaan yang paling inti didalamnya adalah surat Al-fatiha. Oleh sebab itu, setan berjuang secara maksimal merusak konsentrasi bacaan al-fatiha.

~ Ruku’

                Pada saat punggung dan leher dibungkukan secara lurus, seorang muslim menyatakan hormat terhadap perintah dan kebesaran Allah. Dengan sikap itu, ia menunjukan kesedianya untuk di”penggal” dijalan Allah.

                Ruku’ adalah etika penghambaan, sedangkan sujud adalah pernyataan kedekatan. Sujud dilakukan setelah ruku’ karena siapapun yang tidak memiliki etika penghambaan, ia tidak akan bisa dekat kepada Allah SWT.

                Pada hakekatnya, ruku’ adalah ruku’ hati sedagkan badan hanya mengikuti saja. Jika hati telah ruku’, maka goda’an hati akan lebih sedikit. Jangan hanya ruku’ badan, sedangkan hati berpaling dari Allah. Jangan angkat kepala sebelum benar-benar merasakan ketundukan. Karena surga tertutup rapat bagi siapapun yang memiliki kesombongan.

~ Bangkit dari ruku’

                Ada dua hal penting yang perlu dihayati pada posisi i’tidal.  Pertama, hak pujian. Segala pujian hanya untuk Allah, yang Maha Kuasa, Maha menguasai langit, bumi dan semua isinya. Dia-lah yang berhak dipuji. Oleh sebab karena itu, kita tidak boleh mengharap pujian orang dalam pekerjaan apapun. Hak pujian hanya bagi Allah. Semua pekerjaan harus dilakukan dengan ikhlas, semata-mata mengharap ridla Allah. Mengharapkan pujian selain Allah disamping merusak keimanan, juga menjadi sumber kegelisahan dikemudian hari, jika pujian itu tidak diperiolehnya.

                Kedua, takdir Allah. Tidak ada yang terjadi didunia ini secara kebetulan. Semuanya terjadi atas kehendak Allah. Jika Allah berkehendak, tidak ada satupun makhluk bisa menghalanginya. Oleh sebab itu, manusia harus menerimanya dengan senang hati. Hidup-mati, sehat-sakit, serta kayaatau miskin.

~ Sujud

                Sujud adalah posisi shalat yang paling istimewa. Pada posisi lain, kita masih bisa menoleh (walaupun tidak dibenarkan). Tetapi dalam sujud, kita mau tidak mau hanya menghadap Allah semata.

                Sujud merupakan tanda ketundukan fisik dan hati serta perendahan diri secara total dihadapan Allah SWT. Kadangkala Nabi Muhammad SAW tidak segan sujud tanpa alas diatas tanah yang berair atau berlumpur untuk menunjukan betapa rendah dan hina dirinya dihadapan Allah. Jadi sujud adalah sujud jiwa bukan fisik semata.

                Sujud itu mudah

                Yang sulit meratakan kepala dengan tanah

                Yang sering diinjak oleh kaki (Zawawi Imron)

~ Duduk antara dua sujud

                Do’a di antara dua sujud adalah do’a paling lengkap, karena mencakup permohonan kebutuhan dunia dan akhirat, yaitu ampunan, kasih sayang, petunjuk, keimanan dan kesejahteraan. Do’a ini merupakan pengantar untuk sujud yang kedua. Sujud diulang dua kali setiap rakaat untuk menunjukan kesungguhan harapan hati yang lebih bersih dan hubungan yang lebih dekat kepada Allah.

~ Tasyahud

                Setelah menyelesaikan dua rakaat, kita duduk dan membaca tasyahud. Tasyahud artinya persaksian atau pernyataan akan ke esa an Allah dan kerosulan Muhammad SAW. Dala posisi ini, kita juga embaca shalawat sebagai ekspresi do’a untuk nabi yang dimulikan Allah.

                Tasyahud dimulai dengan kesaksian akan ketuhanan (uluhiyah) dan ke-esaan (wahdaniyah), lalu diteruskan dengan pengakuan kesucian hak milik Allah. Baru kemudian pengakuan akan kerosulan Muhammad sebagai janji kesetiaan akan perintah Allah dan Rasulnya.

~ Salam penutup

                Kita mengakhiri shalat dengan mengucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri sebagai isyarat perintah untuk melihat keadaan kaum muslimin disekitar kita, khususnya yang memberikan pertolongan. Kita ingin hidup sejahtera dan tentram bersama, juga selamat dunia akhirat besama-sama pula kita ciptakan hubungan sedekat-dekatnya dengan Allah dengan berbagai gerakan dan doa shalat, lalu kita mengakhiri dengan salam untuk membangun hubungan sesama manusia.

                Kita tidak dibenarkan hidup pribadi dan keluarga secara egois: hanya memikirkan diri sendiri dan keluarga, tanpa peduli tentang keadaan orang lain. Sehingga setelah shalat, kita benar-benar merasakan kepuasan batin.

Tags

About The Author

Mas Haidar 36
Ordinary

Mas Haidar

u will See, if u want to know me.. so catch up on me
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel