WINTER IN EGYPT... Part7

8 Aug 2015 21:05 6461 Hits 108 Comments Approved by Plimbi

Di restaurant kapal diatas sungai Nil, Lintang dan Edward saling jujur tentang perasaannya. Seberapa jauhkah kegilaan keduanya… 

WINTER IN EGYPT

Bagi yang belum membaca bagian sebelumnya, silakan cek link berikut 
Winter in Egypt  Part 1
Winter in Egypt  Part 2
Winter in Egypt  Part 3
Winter in Egypt  Part 4
Winter in Egypt  Part 5
Winter in Egypt  Part 6

BAB VII

 

Aku menggandeng lengan Edward untuk menyembunyikan tanganku dari dinggin malam dengan suhu minus. Tubuhku menggigil memasuki mobil. Kehangatan rasa tak bisa lagi menembus dinginnya udara malam itu. Intinya, cinta tetap punya ruang tersendiri. Logika harus jalan saat berhadapan dengan hal-hal yang tak masuk akal atau gombal, kampret. Dingin, ya tetap saja menggigil. Kesibukan malam masyarakat masih berjalan dengan gempita seiring dengan kebutuhan perut. Aku tidak bicara kebutuhan dibawah perut ataupun diatas perut. Wanita-wanita di negeri Mesir bisa dikatakan mempunyai hak yang sama dalam bekerja dengan kaum adam. Suara musik khas gambus terdengar di beberapa toko-toko yang buka malam. Kafe-kafe disekitar Giza dengan menjual view Pyramid, tumbuh dengan lumayan subur seiring dengan turis yang datang.

Mobil travel, melaju membawa kami menuju restaurant diatas kapal sungai Nil. Suara desir angin dingin terdengar hingga dalam mobil karena kencangnya. Hotel-hotel berkelas bintang empat dan lima terlihat berjajar di tepian sungai. Cukup menambah ramainya lampu-lampu dan menjadi pemandangan tambahan yang lumayan menarik. Padahal cuma melihat lampu saja orang sudah senang. Tiba ditempat yang dimaksud, mobil-mobil travel lain yang juga membawa turis asing sudah berjajar parkir di tepian sungai hendak menuju di restaurant yang sama.

Angin ditepian sungai ini makin kencang meniupkan udara dingin yang menusuk. Edward erat membimbingku melewati jembatan menuju restaurant kapal.  Udara berganti hangat saat kami memasuki restaurant, karena kapal yang dipai restaurant menggunakan hitter. Petugas restaurant segara menyambut kami dan menanyakan nama dengan ramah, dan mengantar kami ke meja yang sudah dipesan. Tepat berada ditepian kapal dengan dinding kaca. Tapi sayang, tak banyak yang bisa dilihat karena memang suasana sungai gelap. Jangan membayangkan indahnya malam diatas kapal dengan bangunan-bangunan serta lampu-lampu spetakuler di tepian sungai. Jadi tak ada bedanya duduk ditepian kapal maupun ditengah, sama-sama tidak ada yang membuat menarik pandangan mata.

Setelah semua tamu hadir, jamuan makan malam mulai digelar sekaligus kapal bergerak menyisir sungai, dalam jarak dekat, asal turis-turis senang. Tak mungkin kapal membawa tamu hingga ke Sudan. “You looks cute, hon.,” Edward memandangku. “Thank you.. “ Jawabku. “My pleasure.” Jawab Edward. “You looks too  handsome.” Sambungku. “Aww… “ Kata Edward sambil mencium keningku. 

“How about your work? Is everything fine?” Tanyaku. “Yes, Of course. I never let my self have a day off, im hard worker, to earn money.” Jawab Edward, aku mendengarkan. “But I can’t do anymore. You make me falling in love. And I love to feel that way.” Sambung Edward lagi.

“But we’re fall apart to far, I have no idea whats gonna happen next.” Aku sudah berani menggunakan logiku. “Im working in my own company. Who has a branch in Singapore. So don’t worry hon. We’ii figured it out together.” Edward menjelaskan. Aku bengong seperti unta kebingungan menanggapi kalimatnya. Aku tidak boleh terlena dengan kemapanan dan kekayaannya. Walaupun itu juga penting bagiku, bahkan lebih penting dari urusan bebet, bobot, dan karebet. Aku tidak boleh terbuai. Hatiku terus menguatkan diri. Aku tidak mau kecewa kalau nanti ia hanya membual. Tapi, disisi lain dia memang punya uang bertanggung jawab dan mencintaiku. Repotnya lagi aku memang mencintainya. Jadi sebaiknya aku tidak usah bingung dengan hati dan pikiranku sendiri yang tidak jelas. Aku sudah sampai di Egypt, “Aku harus mencoba mempercayainya.” Kata hatiku. “I love you too, hon. You make me loved.” Jawabku. Jemari kami saling menggenggam, mengikuti kapal membawa kami berdua.

“I have one sister, she was married a year ago. She lives in London now.” Edward menjelaskan. “How about your parents?” Tanyaku berdebar. “They know I see you in Egypt.” Jawabnya. “I will talk about us to them, soon. Maybe tonight or tomorrow morning.” Jawab Edward tegas. “I want you to talk  my parents too by skype, if you don’t mind.” Pinta Edward. “Of course, I can do it.” Jawabku senang. “I wall talk to your mom too.” Sangat tegas rencana Edaward. Aku hanya bengong menatap wajahnya yang semakin ganteng seperti artis holywood beneran, sumpeh.

Para tamu masih menikmati hidangan khas Mesir, sementara kapal yang membawa kami sudah berputar haluan hendak kembali ketempat semula. Sungai yang dulunya bernama Neilos yang berarti lembah sungai, memang menjadi penopang kehidupan masyarakat. Memberi kehidupan luar biasa pada masyarakat hingga mempengaruhi pertumbuhan budaya dan peradaban yang maju. Termasuk didalamnya jumlah pertambahan penduduk yang juga tambah maju tak terkendali. Nil, menjadi sumber air yang utama di Mesir. Menjadi sungai terpanjang didunia sekitar 6.695 km. kemudian melalui beberapa Negara seperti Sudan, Burundi, Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Rwanda, dan Tanzania. Nil juga satu-satunya sungai sungai yang membujur kearah lintang utara dan selatan. Ini menjadi keunikan tambahan.

Aku tak ingin mencari dimana dan dari mana sumber mata air ini berasal. Yang pasti tak ada hubungannya dengan Bengawan Solo dan riwayatmu kini. Aku hanya tahu, sungai inlah yang memainkan peran penting dalam pembangunan pyramid dahulu kala. Entah bagaimana caranya, apa mereka mengambil menggunakan ember atau gayung, mereka tak meninggalkan catatan. Juga apakah raja Firaun pernah mandi atau berenang di sungai Nil, juga taka da catatan. Aku tak akan banyak bercerita tentang sejarah yang aku tidak paham berkaitan dengan sunagi Nil dan lainsebagainya. Karena aku Egypt bukan untuk menulis sejarah.

Masih ada hidangan usai makan malam, yakni hiburan musik khas mesir dengan irama gambus. Seorang penyanyi pria dan seorang wanita, terdengar cukup merdu dengan cengkok-cengkok khas suara orang Arab, yang tak aku mengerti arti syair lagunya. Mungkin juga lagu tentang cinta. Seperti dangdut di Indonesia. Hanya khasnya mereka, ditambah dengan tepukan – tepukan tangan disela menyanyi sambil bergoyang. dengan santai.

“Can you dancing like them?” Tanya Edward dengan mata menggoda sekaligus menantang. “That easy..” Jawabku sambil tertawa. “Really, im not sure until I see it.” Edward semakin menggoda. “Wait I will dance with them.” Jawabku sambil berdiri menuju tempat penyanyi. “Oh my God.. nice..!” Edward tak tahan untuk tertawa melihat reaksiku.

Aku berlenggok melenggok menggerakkan tangan keatas, memarkan bentuk tubuhku yang lumayan langsing dengan balutan caot dari Edward, sambil melewati beberapa meja. Tak elak, seluruh tamu tepuk tangan. Penyanyi wanita dan pria yang ada didepan segera mengulurkan tangan menyambutku. Lagu irama gambus terus menggiringku bergoyang lembut bak Cleopatra sedang menghibur tamu. Aku gerakkan pundakku sedikit menggoda Edward, lalu aku angkat kedua jempol tanganku keatas, mulai dengan gerakan dangdut koplo, seperti sopir-sopir yang tengah mabuk. Kemudian aku ganti dengan goyangan bang bajuri seperti penari dangdut di kampung. Aku menjadi lupa kalau ini di Mesir. Tepukan para tamu makin riuh dengan kegilaanku. Aku tak peduli, karena aku juga sedang lebih mabuk kepayang karena cinta.

Tak lama, tamu-tamu tak tahan untuk tak ikut berdiri dan menari. Saat seorang laki-laki juga masih muda mendekatiku, Edward sudah datang memgang tanganku dan kami berdua berdansa dengan irama gambus. “You are beautiful when you dance.” Kata Edward ditelingaku. “Awww… thank you.” Bisikku. “You are my responsibility, now.” Kata Edward. “Im not gonna play with your heart.” Sambung Edward kembali sambil mencium keningku. Aku memeluknya dan begitu dekat semuanya. Gerakan Edward lucu membuatku tertawa. Dingin kali ini lumayan terusir dengan bergoyang.

Satu lagu usai, kami kembali ke tempat duduk masing-masing. Selang beberapa detik, muncul hidangan tari berikutnya. Tarian Cleopatra, dibawakan seorang wanita dengan kecantikan khas Egypt. Pakaian serta goyangannya sungguh aduhai. Gerakan tubuhnya mengikuti alunan gambus sambil meliuk-liuk, membuat angina para kaum adam bisa keluar semua. Aku bisa bayangkan, bagaimana raja-raja di Mesir dulu dikerubungi wanita-wanita cantik dan tubuh aduhai saat tengah bersantai. Wanita-wanita dengan aroma wangi dengan pandangan mata bak ular kobra serta tubuhnya tak bisa berhenti beregerak. Sekali lagi dan tak bisa dipungkiri, itulah bagian dari kehebatan wanita. Membuat siapapun laki-laki normal akan kecanduan mencari madunya.

Usai sang penari ular Cleopatra masuk, menyusul tarian kipas ala Egypt yang dibawakan oleh sekelompok penari laki-laki dan dua perempuan. Tepuk tangan menyambut kehadiran mareka. Gerakan-gerakan spetakuler cukup menghibur para tamu  malam itu. Beberapa penari kemudian mengeliling meja para tamu, hendak memilih seseorang ikut menari sebagi penutup tarian. Tiba-tiba penari utama lari kearahku, dengan hormat menita ijin pada Edward.

“Can your wife dance with us for closing?” Tanya si penari. Edward menggenggam tanganku lembut. “Im sorry, no. she will dance only with me.” Jawab Edward lantang. Serempak para tamu mengeluarkan suara, “Aawwwww..” aku lalu menyandarkan kepala di pundak Edward. Rasanya nggak karu-karuan, karena aku dibilang  istrinya Edward. Aku berharap, mudah-mudahan akan terjadi beneran dan nggak mengsle. Karena kalau mengsle, aku bisa pulang jadi bahan ledekan sahabatku Ajeng. Pulang tak dapat Edward tapi malah bawa penari kipas. Menunggu apa yang akan terjadi esok, dan menjalani dengan segenap cintaku.

Aku dan Edward saling memandang dengan senyum mengisyaratkan sesuatu. Edward lalu berdiri, mengulurkan tangannya, “Common..” Para tamu kembali riuh. Raut wajah penari tersenyum ramah saat melihatku dan Edward menuju kearah mereka. irama gambus bertalu dengan hentakan sedikit kencang. Edward melakukan gerakan tarian latin sekenanya, aku yang awalnya bingung, akhirnya juga bikin gerakan ngawur, yang penting kaki menghentak-hentak lantai. Lengkap sudah kemabukan jasmani dan rohani malam itu. Edward kembali membimbingku menembus udara dingin, saat acara dinner usai. Esok, aku dan Edward akan menuju masjid Al-Azhar dan beberapa tempat.

 

apa yang terjadi berikutnya....? WINTER IN EGYPT 8

*****

About The Author

ugi agustono 37
Ordinary

ugi agustono

TENTANG PENULIS Nama : Ugi Agustono Lahir : Blitar, 29 Oktober 1967 Pengalaman : - Penulisan Naskah untuk Program Pendidikan SD, SMP & SMA - Penulisan Naskah untuk Sosialisasi Mahkamah Konstitusi - Penulis Novel ANAKLUH BERWAJAH BUMI yang diterbitkan oleh Gramedia – Kompas (2009) - Aktif di lembaga Internasional (2008 - sekarang) - Script writer movie (2010) - Script Writer and research documentary (2008 – sekarang) - Lane producer ANAKLUH movie (2010) - Guest Lecture (2010 – sekarang) - Novel Tenun Biru (2012) - Novel Konservasi Cendrawasih “Zeth Wonggor” untuk Unesco (2013) - Novel Lukisan Tanpa Bingkai (2014) - Novel Nataga The Little Dragon (2015) - Writer and Lane producer (sampai sekarang) Pengalaman lain : - Berkeliling pedalaman Indonesia dari pulau-ke pulau, mengajar anak-anak pedalaman. - Mempunyai sekolah bahasa inggris gratis untuk anak-anak dengan ekonomi tidak mampu.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel