WINTER IN EGYPT..... Part 1

27 Jul 2015 14:18 7986 Hits 98 Comments Approved by Plimbi
Kisah  tentang 2 orang yang dipisahkan jarak 2 benua berbeda

WINTER IN EGYPT

BAB  I

 

 Mama tersenyum anggun pagi itu, menatapku dengan rasa berlimpah. Tatapan yang tak pernah berubah sepanjang masa. Buliran bening tak sanggup lagi kutahan, jatuh mengalir perlahan melewati pipiku. Ketulusan yang tak pernah bisa terbayarkan oleh apapun. Aku melangkah perlahan mendekatinya, bersujud meletakkan hati dipangkuan wanita yang sudah dan akan terus merengkuh ku. Ada sepenggal cerita dibagian perjalanan hingga pagi ini. Perjalanan unik melewati dunia maya, CHATTING.

Perceraian di negeri nan elok bernama Indonesia ini, seolah menjadi kutukan sekaligus kematian bagi keturunan siapapun yang melakukannya. Apalagi kalau kita dipihak lemah yaitu makhluk bernama wanita dan hidup di negeri nan elok tadi. Bobot, bebet, dan karebet yang berkaitan dengan jodoh dari pihak laki-laki, akan diperhitungkan dengan mbulet dan njlimet. Tapi, aku tidak pernah menyesali dengan keputusan perceraian yang sudah sah diterima oleh orang tua ku. Sebaliknya, aku bangga dengan wanita bernama Puspita Rini ini. Dia lah mama ku, wanita cerdas serta ayu keturunan Jawa, berani bersikap, dan tidak takut dengan komitmen yang harus dijalani. Dari pada harus terus menjaga status disebelah ayahku yang tiada berhenti tidur dengan wanita lain hanya karena susu milik mamaku kurang besar ukurannya.

Seperti biasa, hari minggu pagi selesai olahraga, aku dan mamaku duduk dihalaman belakang rumah yang luas, bersih, dan segar, milik kakek-nenek ku dari mama yang sudah meninggal. Rumah yang sudah diwariskan ke mamaku, karena mama anak tunggal. Minum teh lemon buatan bibi serta pisang goreng, sudah cukup nikmat bagiku untuk bersantai mengisi hari. Lima tahun sudah, mama ku bercerai secara resmi dengan ayah ku. Meskipun sebelumnya ayahku sudah jarang pulang, karena sibuk dengan perempuan-perempuan lain yang disimpannya, dan tentu saja perempuan-perempuan dengan bentuk susu cukup menyenangkan.

“Ma, udah ada yang mau melamar lagi belum…?!” Tanyaku menggoda mama yang masih energik dan tampak muda di usia 49 tahun, dengan karier bagus.

“Yang mau banyak… yang bagusan belum ada…” jawab mama ku santai sambil tertawa. Aku tertawa ngakak dengan jawaban mama. “Mama  sengaja tebar pesona, aja…” Sambung mama ku dengan pandangan nakal menatapku. Aku kembali tertawa. “Mama sudah nggak percaya dengan namanya cinta.. gombal..!” Sambung mamaku santai.  “Mama fokus ke kamu dan kerjaan saja… seneng-seneng.. menikmati hidup.”  Jawab mama ku kembali dengan sangat percaya diri. “Trus Wira, yang mendekati kamu, gimana?” mamaku balik bertanya kembali ke aku.

Pertanyaan yang wajar dari seorang ibu pada anak perempuan satu-satunya yang sudah berumur 25 tahun. “Sama lah, aku santai aja, ma… masih enak fokus pada kerjaan dan jalan-jalan serta tebar pesona.” Jawabku mengikuti mama, lalu kami berdua tertawa terkekeh-kekeh. Hubunganku dengan mama memang seperti teman, sahabat, adik-kakak. Perjuangan mama dalam membesarkan aku, mendidik, menjaga emosi, dan phisykis dari ayahku yang tidak normal harus aku acungin jempol empat. Dia lah, perempuan sentral hidupku.  

“Kamu nggak kebebanan dengan gelar janda yang disandang mama, Lin..?” Tanya mama ku serius. Aku tersenyum memeluk nya. “Biar saja orang meributkan status mama, yang penting kita bahagia, dan makan nggak minta mereka, ma.” Jawabku tegas. Mamaku memeluk erat tubuhku, dan mengelus kepalaku dengan hangat, sebagai bahasa meminta maaf karena situasi yang sudah terjadi. Aku dan mama sudah cukup kuat menghadapi semua, kita berdua selalu mendukung. Aku tak pernah menyalahkan mama atau keadaan, dan memang tidak perlu. Kesabaran mama yang mengajarkan aku untuk selalu bisa menjalani situasi dengan baik. Mama biasa memanggilku Lintang. Nama lengkapku Lintang Cahyani.

Aku memang sudah tegas dengan siapapun laki-laki yang ingin berpacaran denganku, kalau bisa terima kandisi keluargaku silahkan, tidak, juga aku tidak masalah. Live must go on. Masih banyak hal positif bisa aku lakukan dari pada hanya sekedar memikirkan laki-laki yang njlimet dengan bebet, bobot, dan karebet, meskipun kadang hasilnya sendiri malah amburadul, hancur lebur, serta kacau balau. Aku sendiri tak pernah tahu bagaimana nantinya  kisah perjalananku dengan yang namanya kaum adam, berkaitan dengan perceraian dari mama dan ayahku. Ah.. biarkanlah semua berjalan pada jalurnya. Pekerjaanku sudah lumayan, aku bisa liburan bareng dengan mama tiap tiga bulan walaupun mama bayar sendiri.

Usai bercengkerama dengan mama pagi itu, aku bergegas mandi karena ada janji dengan sahabatku Ajeng dan WOi, hendak makan ikan bumbu pedas di resto Bu Sri. Sahabat sejak aku kuliah hingga sama-sama sudah kerja, dan sama-sama juga belum pada nikah.

*****

Duduk minum juice sambil menunggu gurameh goreng bumbu pedas, Ajeng tiada henti mengoceh sambil mengunyah krupuk kesukaannya.  Sedangkan WOi, seperti biasa sesekali menyruput kopi dari cangkir didepannya, sambil mendengarkan Ajeng berceloteh dengan gayanya yang cool. Nama sebenarnya Waluyo Ongko Indrajaya, aku dan Ajeng menyingkatnya jadi WOi dengan pemakaian O menggunakan huruf besar karena matanya belo seperti huruf O. Beberapa kali Ajeng tersedak krupuk yang dikunyahnya, saking bersemangatnya dia bercerita, Aku dan WOi dengan sabar menyodorkan air putih kearah Ajeng. Maklum Ajeng temanku ini baru saja putus cinta, juga karena kekasihnya pindah ke lain body yang lebih bohay.

Aku, Ajeng, dan WOi sedang dalam keadaan jomblo alias sedang tidak ada yang mau. Padahal kami bertiga juga punya wajah lumayan, kerjaan bagus, ada mobil walaupun masih pinjam orang tua masing-masing.

“Coba kalian iseng, cari pacar lewat internet, pakai chat.” Usul WOi, yang sudah mulai bosan melihat aku dan Ajeng belum juga laku. Aku dan Ajeng memandang WOi berbarengan. “Siapa tahu kalian berdua dapat jodoh yang masa depannya sudah mapan, setia, baik, dan tulus.” Sambung WOi dengan mimik serius sekaligus bersemangat. Aku dan Ajeng melihat kearah WOi, mengisyaratkan pemikiran yang sama. menyetujui usulan WOi.

“Trus kamu juga mau ikutan chat, WOi?” Tanyaku ke WOi yang berkaitan dengan pacar. “Aku laki-laki, kalau perlu kalian berdua  aku kawinin bareng juga bisa.” Kata WOi dengan gaya ego laki-lakinya. Belum sempat aku mendebat, aroma ikan gurameh bumbu pedas sudah datang didepan meja kami. “Lanjut nanti… kita maem duyuu…” Sambung WOi. Kami bertiga pun langsung melahap gurameh bumbu pedas masakan Bu Sri yang terkenal kelezatannya. Ternyata urusan pacar dan sebangsanya, masih terkalahkan dengan urusan isi perut yang harus diberi nutrisi. Intinya, kita tidak akan kenyang hanya dengan makan cinta.

Kasian juga melihat ikan gurameh yang sudah porak poranda tinggal tulang berduri. Tapi mau apa lagi, kebutuhan perut kami, harus mengalahkan hati kami.

“Trus gimana tadi lanjutannya, WO..?” Tanyaku tertarik dengan usulan WOi

“Kalian berdua tinggal cari penyedia jasa chat di internet, trus.. cari dech jodoh disana.” Kata WOi. “Tapi harus hati-hati… jangan mudah ketipu dengan segala rayuan gombal yang kemudian mengarah ke penipuan..” Sambung WOi lagi. Aku dan Ajeng memperhatikan dengan seksama arahan dari WOi. “Apalagi kalau kalian disuruh bugil didepan kamera… jangan pernah mau..!” WOi menatap tajam kearahku dan Ajeng. “Nanti video bugil kalian bisa di unggah di youtube.” Sambung WOi. Aku dan Ajeng sama manggut-manggut seperti burung beo.

“Paham.. sangat paham, bang WOi… siapa tahu kita dapat pria kayak di film-film roman holywood atau novel.” Sambungku. “Nah… betul itu..” WOi mendukung. “Tapi setiap pergerakan harus laporan ke gue, ya… jadi kalian berdua ada yang mengontrol.” WOi kembali mengingatkan.

“Siap bang WOi.” Jawab Ajeng antusias dan bersemangat. Aku  memilih tersenyum memandang WOi. “Yah… mbak satu ini sudah mbayangin hamil di chat, sambil senyam- senyum…!” Kata WOi memandangku. Aku tetap tersenyum. “Wah, seteres Lintang, sudah bayangin bugil didepan camera dengan lawan chat, kan..?!” WOi menggodaku. Aku memandang WOi dengan expresi bego, lalu kami bertiga tertawa terkekeh-kekeh.

Aku dan Ajeng saling memberi isyarat untuk tukar cerita setelah chat.  Ada rasa penasaran sekaligus exiting untuk mencoba usulan WOi, sekaligus ingin tahu lebih banyak dunia maya yang sering menghebohkan remaja-remaja ingusan sampai diculik hingga hamil.  Dan mudah-mudahan aku juga tidak hamil karena chat di dunia maya. Sedangkan WOi seperti biasa selalu mengelus kepalaku dengan Ajeng sambil mengantar kami berdua di depan mobil orangtua kami.

*****

Baca Part selanjtunya ---> Winter in Egypt Part II

 

 

About The Author

ugi agustono 37
Ordinary

ugi agustono

TENTANG PENULIS Nama : Ugi Agustono Lahir : Blitar, 29 Oktober 1967 Pengalaman : - Penulisan Naskah untuk Program Pendidikan SD, SMP & SMA - Penulisan Naskah untuk Sosialisasi Mahkamah Konstitusi - Penulis Novel ANAKLUH BERWAJAH BUMI yang diterbitkan oleh Gramedia – Kompas (2009) - Aktif di lembaga Internasional (2008 - sekarang) - Script writer movie (2010) - Script Writer and research documentary (2008 – sekarang) - Lane producer ANAKLUH movie (2010) - Guest Lecture (2010 – sekarang) - Novel Tenun Biru (2012) - Novel Konservasi Cendrawasih “Zeth Wonggor” untuk Unesco (2013) - Novel Lukisan Tanpa Bingkai (2014) - Novel Nataga The Little Dragon (2015) - Writer and Lane producer (sampai sekarang) Pengalaman lain : - Berkeliling pedalaman Indonesia dari pulau-ke pulau, mengajar anak-anak pedalaman. - Mempunyai sekolah bahasa inggris gratis untuk anak-anak dengan ekonomi tidak mampu.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel