Seiring berkembangnya penggunaan perangkat digital di kalangan masyarakat, platform periklanan dan pemasaran digital juga makin diterima pasar pengiklan yang membuat nilainya kian terdongkrak. Di Indonesia saja, jumlah anggaran periklanan digital tahun 2015 ini ditaksir bisa melebihi angka US$800 juta (Rp 10,6 triliun). Tak ayal jika pasarnya kini juga makin ramai diperebutkan.
Kendati terbilang tren baru, namun berdasarkan data Indonesian Digital Association (IDA), periklanan digital kini sudah semakin diperhitungkan sebagai salah satu kunci dari sebuah marketing mix. Fenomena ini terlihat dengan begitu banyaknya interaksi, transaksi, teknologi dan komunikasi yang terjadi di dunia online, yang tidak bisa lagi dihiraukan. Apalagi dunia usaha juga mulai banyak mengambil bagian dari perubahan tren digital tersebut agar tidak tertinggal.
Tak pelak jika kue iklan digital juga makin membesar. Di pasar Asia Tenggara, iklan digital terus bertumbuh signifikan sebesar dua digit angka setiap tahunnya. Para analis memperkirakan besarnya periklanan digital di Asia Tenggara  selama 2014 lalu mencapai US$915 juta (Rp 12,2 triliun), tidak termasuk Filipina dan diprediksi akan terus meningkat.
Sedangkan di Indonesia, berdasarkan riset dari eMarketer jumlah anggaran periklanan digital tahun 2015 diperkirakan bisa melebihi angka US$800 juta (Rp 10,6 triliun). Jumlah ini naik 80% dibandingkan anggaran tahun 2014 sebesar US$460 juta (Rp 6,1 triliun). Dari anggaran tersebut, US$130 juta (Rp 1,7 triliun) akan dihabiskan untuk iklan di perangkat mobile , naik 200 % dari anggaran tahun lalu sebesar US$40 juta (Rp 533 miliar). Pasar di Indonesia akan terus bertumbuh stabil hingga tahun 2019, dimana pada saat itu total pasar iklan di Indonesia (termasuk iklan di media tradisional) akan melompat hingga US$19,58 miliar (Rp 260,7 triliun). Di saat itu, anggaran belanja iklan digital dan mobile akan berkisar di angka US$7,6 miliar (Rp 101,2 triliun).
Dengan potensi pasar yang kian besar, para pelaku usaha periklanan dan advertising pun mulai berlomba merangsek pasar ini. Salah satunya ADSKOM, startup periklanan digital asal Indonesia yang menyediakan platform programmatic advertising. Perusahaan ini telah membangun produk Data Management Platform (DMP) mereka sendiri bernama VASA. DMP merupakan sistem software untuk mengumpulkan, menyortir, dan menyimpan informasi. Lalu, softwarenya akan menyajikan informasi tersebut dalam format yang berguna agar publisher dan bisnis lainnya bisa membuat keputusan terbaik saat memilih lokasi beriklan. Selain itu juga membangun sistem Supply Side Platform (SSP), dan Agency Trading Desk. SSP merupakan solusi teknologi yang digunakan oleh publisher untuk membuat proses penjualan iklannya otomatis. Sedangkan Agency Trading Desk memberikan layanan realtime bidding dan ad exchange.
Dengan kian berkembangnya pasar iklan digital, ADSKOM bertekad meningkatkan investasi untuk kapabilitas lebi besar dan menjangkau pasar lebih luas. Pada hari ini (8 Juli 2015), mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan investasi seri A. Sayang tidak disebutkan nilainya, dan dengan investasi baru ini, perusahaan berkeinginan mendominasi pasar iklan digital di Asia Tenggara. Sebelumnya, ADSKOM telah meraih sejumlah investasi tingkat awal dari Rebright Partners, Digital Garage , dan Beenos Plaza asal Jepang, serta dari Skystar Capital yang berbasis di Indonesia.  “Kami memiliki kemampuan mengumpulkan dan memproses data perilaku konsumen lokal untuk menciptakan keunggulan kompetitif wilayah yang kuat. Kami merupakan satu-satunya pemain lokal yang memiliki teknologi dan tim yang dapat mendukung operasi Big Data. Kami terus berusaha meningkatkan kepemimpinan kami di ranah programmatic advertising di Asia Tenggara melalui kerjasama dengan banyak mitra data dalam pengelolaan data pengguna,†ungkap Daniel Armanto, Cofounder dan CTO ADSKOM (sebelumnya ia merupakan Cofounder dan CTO Koprol). (AC) Â