Tidak terasa, Ramadhan sudah berjalan separoh bulan. Fenoma umum yang banyak dijumpai di sejumlah tempat ibadah, justru para jamaahnya mulai bekurang. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, justru menganjurkanumatnya untuk semakin mengencangkan aktivitasnya ibadahnya bila memasuki akhir-akhir bulan Ramadhan.
Tentunya bagi seorang muslim yang beriman, patut bersyukur bisa dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan ini. Seperti harapan yang kerap dimohonkan pada awal memasuki bulan rajab; “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhanâ€. Tentu harus disyukuri karena telah terkabul.
Allah SWT juga telah menjanjikan pahala orang berpuasa yang berlipatganda dibanding hari-hari bisa dan akan dibebaskan dari siksa api neraka. Saah satu keistemewaan Ramadhan yaitu adanya malam Lailatul Qadar yang mempunyai kelebihan lebih baik dai seribu bulan yang lain. Ini dapat dilihat daripada apa yang telah dinukilkan oleh Allah di dalam al-Quran dalam surah al-Qadar. Begitu juga dengan apa yang telah diberitahukan oleh Rasulullah S.A.W dalam beberapa hadis yang sohih.
Umat Islam disuruh untuk menghidupkan malam lailatul qadar dan tidak membiarkannya berlalu begitu saja. Rasulullah S.A.W telah bersabda dalam hadis muttafaq ‘alaih daripada Abu Hurairah yang artinya : Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qadar penuh keimanan dan keikhlasan akan diampun baginya dosa yang telah laluâ€. Manakala ibadah ini telah berhasil ditunaikan dengan sebaik-baiknya, berharap ramadhan akan berakhir dengan mendapatkan derajat yang paling mulia disisi Allah SWT, yaitu taqwa. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi bertaqwaâ€. (Al-Baqarah:183).
Karena itu, sudah seharusnya jelang akhir bulan Ramadhan, justru harus meningkatkan ibadah hingga di penghujung terakhir. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008). Dalam riwayat yang lain: “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.†(HR. Muslim no. 2009).
Terdapat dua penafsiran di kalangan ulama mengenai makna ‘mengencangkan sarung':â¨Pertama, ini adalah kiasan dari memperbanyak ibadah, fokus untuk menjalankannya, dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Kedua ini adalah kiasan dari menjauhi berhubungan dengan wanita (istri). Ini adalah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan yang dirajihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahumallah. Makna ‘menghidupkan malam’ adalah mengisinya dengan ibadah dibandingkan tidur yang merupakan saudara dari kematian. Makna ‘membangunkan keluarga’ adalah mendorong dan memerintah keluarga untuk mengisi malam-malam itu dengan ibadah.
Mengencangkan ibadah ini akan lebih afdhol lagi di 10 terakhir ramadhan. Memperbanyak shalat lail mengandung banyak keutamaan sehingga jangan luput darinya. 10 hari terakhir juga adalah penutup bulan ramadhan, sementara setiap amalan itu tergantung dengan penutupnya. Sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupannya.†(HR. Al-Bukhari no. 6117)
Kemudian, ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan pada 10 hari ini tidak terbatas pada shalat lail saja, akan tetapi mencakup semua jenis ibadah seperti membaca Al-Qur`an, berdzikir, berdoa, i.tikaf, bersedekah, dan selainnya. Aisyah berkata: “Nabi SAW melakukan iktikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau meninggal. Kemudian, istri-istrinya yang melakukan iktikaf sepeninggal beliau.†(HR. Bukhari-Muslim). Tujuan nabi melakukan iktikaf pada sepuluh hari terakhir ialah untuk menghentikan berbagai rutinitas kesibukannya, mengosongkan pikiran, mengasingkan diri demi bermunajat kepada Allah, berdzikir dan berdoa kepada-Nya.
Seperti diketahui, di antara keistimewaan 10 hari ini adalah di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau yang dikenal dengan malam al-qadr. Pada malam ini Al-Qur`an diturunkan, pada malam ini ditetapkan takdir untuk setahun berikutnya, dan pada malam ini terdapat banyak pengampunan. Semoga Allah swt memberi kita kemampuan untuk menngkatkan amalan ibadah jelang berakhirnya Ramadhan, buklan sebaliknya malah berkurang dan mengendur. Wallahu A`alam bis Shawaab. (AC)
Â
Â