Masjid Kubah Emas: Lambang Kebesaran Potensi Umat

3 Jul 2015 16:48 2418 Hits 0 Comments
Kehadiran masjid kubah emas lain, memberi gambaran bila potensi umat Islam di Indonesia begitu besar

JAKARTA, Plimbi- Masjid Qubbah As Sakhrah merupakan masjid berkubah emas pertama didunia. Masjid ini dibangun tahun 690 oleh Abdul Malik bin Marwan yang merupakan salah satu raja dalam bani Umayah dan kemudian diikuti dengan pembangunan Masjidil Aqsha yang selesai pada tahun 710.

Setelah masjid Qubbah As Sakhrah, bermunculan masjid lain yang dibangun dengan kubah emas. Masjid Al-Askari di kota Samarra tahun 944. Masjid Suneri di Lahore tahun 1753. Masjid Sultan Singapura di Singapura tahun 1826. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin tahun 1958. Masjid Jami Bandar Seri Begawan di Brunei tahun 1988. Masjid Dian Al Mahri di Depok  tahun 2006. Masjid Al-Askari dan Masjid Sultan Singapura pada saat dibangun tidak langsung memiliki kubah emas. Pembangunan kubah emas berlangsung saat masjid direnovasi. Perenovasian menjadi kubah emas masjid Al-Askari tahun 1905. Masjid Sultan Singapura tahun 1928.

Semua masjid kubah emas dapat dikatakan dibangun oleh para penguasa saat itu. Hal mana berbeda dengan Masjid Dian Mahri. Masjid ini dibangun secara pribadi oleh Hajjah (Hj) Dian Djurian Maimun Al-Rasyid. Ia seorang pengusaha dari Serang, Banten dan pemilik Islamic Center Yayasan Dian Al-Mahri.

Luas bangunan masjid Dian Mahri yang oleh masyarakat sekitar disebut dengan nama Masjid Kubah Emas sekitar 8.000 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 70 hektare. Masjid ini terdiri dari ruang utama berukuran 40m x 60m yang dapat menampung sekitar 5.000 jemaah. Dua gerbang di sisi Utara dan Selatan serta gerbang utama yang terletak di sisi Timur berhubungan langsung dengan courtyard di bagian dalam. Halaman dalam yang berukuran 45m x 57m ini dapat menampung sekitar 8000 jemaah dan dapat digunakan untuk perluasan pada saat salat Jum'at, salat Idul Fitri dan Idul Adha serta untuk kegiatan manasik haji.

Enam menara berbentuk segi enam, yang melambangkan rukun iman, menjulang setinggi 40 meter. Keenam menara itu dibalut batu granit abu-abu yang diimpor dari Italia dengan ornamen melingkar. Pada puncaknya terdapat kubah berlapis mozaik emas 24 karat. Sedangkan kubahnya mengacu pada bentuk kubah yang banyak digunakan masjid-masjid di Persia dan India. Lima kubah melambangkan rukun Islam, seluruhnya dibalut mozaik berlapis emas 24 karat yang materialnya diimpor dari Italia.

Di langit-langit kubah terdapat mural yang nuansanya dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi di luar masjid. Pada dasar kubah terdapat koof lampu yang diberi aksen warna emas, seolah-olah batas cakrawala. Di atasnya terdapat 33 jendela yang masing-masing diisi kaligrafi tiga nama Allah SWT sehingga seluruhnya berjumlah 99 (Asmaul Husna).

Penggunaan material emasnya di Masjid Dian Mahri menggunakan tiga teknik pemasangan. Pertama, serbuk emas (prada) yang terpasang di mahkota pilar/tiang capital. Kedua, gold plating terdapat pada lampu gantung, railing tangga mezanin, pagar mezanin, ornament kaligrafi kalimat tasbih di pucuk langit-langit kubah dan ornament dekoratif diatas mimbar mihrab. Ketiga, gold mozaik solid yang terdapat di kubah utama dan kubah menara.

Pembangunan Masjid Dian Mahri yang berbeda dengan pembangunan masjid-masjid kubah emas lain, memberi gambaran bila potensi umat Islam di Indonesia begitu besar. Potensi-potensi itu bila dikelola dengan baik, dapat digunakan untuk memajukan umat Islam agar lebih berperan dalam pembangunan negara.

 

 

Tags

About The Author

Juanda san 54
Expert

Juanda san

Writer and blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel