Dalam Q.S At-Taubah Sesungguhnya Allah Swt menegaskan bahwa orang yang memakmurkan masjid memiliki empat karakter :
- Pertama, beriman kepada Allah Swt dan hari yang akhir. Iman menjadi syarat utama yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin memakmurkan masjid. Tanpa iman, maka keterlibatannya di masjid hanya dihitung berdasarkan untung-rugi atau kepetingan pribadi.
- Kedua, mendirikan shalat. Ketika azan berkumandang, mereka akan bersegera menuju masjid untuk mendirikan shalat. Sebab shalat yang terbaik adalah shalat seperti yang dilakukan Nabi saw yaitu melaksanakannya di awal waktu, secara berjamaah, dan bertempat di masjid.
- Ketiga, membayar zakat. Ketika seseorang mendirikan shalat di masjid, mereka akan membentuk saf yang lurus dan rapat. Seluruh makmum berada di belakang imam tanpa membedakan antara si kaya dengan si mikin. Seorang jenderal bisa bersentuhan bahu dengan seorang prajurit. Semua sama statusnya di antara jemaah, yaitu makmum. Mereka saling menghormati dengan penuh kasih sayang. Wujud dari persatuan dan kasih sayang itu adalah berempati kepada sesama. Ketika melihat saudara seiman ada yang miskin, maka mereka yang mampu akan segera mengulurkan bantuan. Bantuan itu berupa zakat sebagai kewajiban utama, lalu diperkuat dengan bantuan berupa infaq, sedekah, wakaf dan lainnya.
- Keempat, tidak takut kecuali kepada Allah. Orang yang memakmurkan masjid adalah orang yang takut pada Allah (khauf). Ketakutan tersebut akan mendorong seseorang melaksanakan ibadah, bukan justru jauh dari Allah. Seorang pedagang tidak takut rugi karena menutup sementara kedainya untuk mendirikan shalat berjemaah di masjid. Seorang pemimpin perusahaan tidak khawatir bangkrut karena mengistirahatkan karyawannya agar mendirikan shalat berjemaah ke masjid. Begitu seterusnya. Mereka hanya takut kepada Allah semata. Sebaliknya, mereka takut jika usaha duniawinya tidak memperoleh berkah dari Allah swt.
Masjid Rasulullah Bangunan pertama saat Rasulullah memasuki Madinah adalah masjid. Masjid yang didirikan sangat sederhana dengan dinding dari susunan batu bata dan atap dari jalinan pelepah kurma. Tetapi jemaahnya sangat ramai. Pasar menjadi lengang tatkala waktu shalat, karena para pedagang semuanya pergi ke masjid. Mereka juga memakmurkan masjid dengan berbagai kegiatan ibadah, seperti shalat berjemaah, membaca Alquran, iktikaf, dan zikir. Begitu pula kegiatan pembinaan spiritual dan sosial umat menjadi aktivitas penting dalam masjid.
Tidak kurang dari sepuluh peran masjid pada masa tersebut, yaitu: 1) tempat ibadah 2) tempat konsultasi dan komunikasi baik berkaiatan dengan masalah ekonomi, sosial dan juga masalah budaya 3) sebagai tempat pendidikan  4) sebagai tempat santunan sosial  5)sebagai  tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya 6) sebagai tempat pengobatan para korban perang  7) sebagai  tempat perdamaian dan pengadilan sengketa  8) sebagai tempat menerima tamu  9) sebagai tempat menawan tahanan dan  10) sebagai pusat penerangan atau pembelaan agama.
Berbagai aktivitas yang dilakukan di masjid saat itu beul-betul bermotif ketakwaan, sehingga berefek pada kebaikan perilaku di luar masjid. Pada saat hidup bermasyarakat, nilai-nilai ketakwaan begitu nyata teraplikasi di dalam pergaulan. Inilah makna memakmurkan masjid yang sesungguhnya. Sejatinya Ramadan yang telah kita lalui selama sebulan penuh mampu membentuk perilaku kita untuk memakmurkan masjid, baik di dalam masjid maupun di luar masjid. (red/berbagai sumber)