Stigma Islam Tradisionalis versus Modernis

30 Jun 2015 06:15 3526 Hits 0 Comments
Model pendidikan pesantren sudah sempurna untuk apalagi dimodernisasi

JAKARTA, Plimbi - Siapa yang sudi menghormati orang miskin seperti saya? Namun, jika saya jadi guru agama, orang kaya pun akan menyalamiku dan mereka akan memanggilku Maulanaâ. Mereka pun akan tertunduk mendengar semua ucapankan.

Dalam kurun 150 tahun terakhir ini. Kehidupan santri di salah satu madrasah (pesantren) paling berpengaruh di dunia, Madrasah (Pesantren) Darul Uloom, Deoband, Uttar Pradesh, tidak banyak mengalami perubahan. Dan kondisi semacam itu masih lestari, lantaran dipegang teguh oleh para pengasuhnya.

Sejumlah pengasuhnya yang selama ini menjadi basis pemikiran Islam konservatif di India utara itu, enggan untuk membeberkan perdebatan internalnya. Berdebatan itu  menyeruak setelah seorang pengasuh (rektor) baru yang mengelola pesantren itu, terus mendorong reformasi pemikiran. Namun, di pihak lain, dia harus berhadapan dengan para pengelola lainnya yang tradisionalis.

Tak pelak, dinamika yang terjadi di pesantren yang didirikan pada 1866 itu menjadi perhatian kalangan Muslim di penjuru dunia. Pasalnya, sejumlah pesantren di Pakistan, Afghanistan dan bahkan, Inggris, AS dan Afsel,tampak berafiliasi secara ideologis dengan para ualama Deoband. Tidak hanya itu, alumninya pun sudah menyebar dan berkiprah sebagai daâi di sejumlah negara.

Kurikulum yang diajarkan masih mengacu pada silabus abad 17 yang hanya terfokus pada kajian Fiqh, Tasawwuf dan Sastra Arab. Dan sekitar 6000 santrinya terus meniru gaya yang diajarkan guru-gurunya dan mengesampingkan gerak maju dunia modern.

âSemua yang diajarkan disini adalah untuk agama, oleh agama, dan dari agama,â kata Jubir pesantren Adeel Siddiqui. âBentuk ini merupakan ciri khas kami selama lebih dari seabad yang lalu, dan kami telah menelorkan sejumlah ulama terbaik untuk mengajarkan pada dunia tentang apa itu Islam. Model pendidikan kami sudah sempurna, untuk apalagi dimodernisasi?â tanyanya.

Pengasuh bergelar MBA

Namun salah satu pengasuh lainnya, mempunyai jawaban dari pertanyaan itu, dia adalah Maulana Gulam Mohammed Vastanvi, salah satu keturunan pengasuh Deobandi yang sempat mengenyam bangku kuliah dan mendapat gelar MBA dan tentu saja, seorang pengguna Facebook yang aktif. Meski berpadangan modern, dia berhasil dipilih menjadi sebagai ârektorâ pesantren itu.

Tidak lama menjabat, dia langsung membuat gebrakan,  merencanakan sejumlah langkah reformasi. Langkah awalnya adalah, memperbaiki pola hidup di dalam asrama. Dan yang paling kontroversial adalah, mengenalkan mata pelajaran kedokteran dan mekanik di tengah dominasi pelajaran agama dalam kurikulum Deoband.

Pada Juli lalu, setelah dirinya menjabat selama enam bulan, dia harus rela didepak dari jabatannya oleh majelis kepengasuhan. Alasan utamanya adalah, kemunculannya di ranah politik India, saat itu dia turut mendukung Gubernur Gujarat Narendra Modi yang dikenal sebagai sebagai sosok pembenci Muslim India dan diyakini berada dibalik serangan di Gujarat yang menewaskan 2000 Muslim.

Namun Vastavi membantah tudingan itu, kepada AFP dia menyebut dirinya sebagai korban dari kelompok garis keras yang menolak upaya reformasi di pesantren itu. âMereka memecatku sekaligus mengubur ide-ideku,â kata Vastanvi. Padahal, dia mengaku, hanya berniat untuk menumbuhkan pemikiran rasional dan independen kepada para santri, sekaligus mengajak mereka untuk maju menatap masa depan yang lebih cerah. (red/ berbagai sumber)

Tags

About The Author

Juanda san 54
Expert

Juanda san

Writer and blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel