Memahami Penyakit Jantung Sejak Dini

21 Jun 2015 09:56 1766 Hits 0 Comments
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.

JAKARTA, Plimbi - Jika dilihat dari sisi kekhawatiran masyarakat dunia khususnya di Indonesia, penyakit jantung merupakan penyakit yang sangat ditakuti masyarakat. Bagaimana tidak ? Bagi penderita penyakit jantung, tentunya akan menjadi penderita seumur hidupnya. Untuk itu bagi masyarakat modern seperti sekarang ini, yang seperti diketahui kehidupannya selalu dengan instan, hingga akhirnya instan untuk asupan-asupan makanan, yang akhirnya berimbas pada faktor kesehatan.

Walaupun penyakit jantung akan terbawa terus sampai akhir hayat bagi si penderita, namun bukan berarti tidak memiliki harapan untuk menjalani kehidupan. Untuk penyakit kardiovaskular, kebanyakan bisa dilakukan pencegahan dengan memodifikasi faktor risiko pemicu penyakit kardiovaskular seperti merokok, diet tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik dan penyalahgunaan alkohol dan sebagainya. Banyak penderita serangan jantung yang bisa survive dan bisa produktif.

Rubah Gaya Hidup

Spesialis Penyakit Jantung RS. Bunda Jakarta, dr. Dicky A Hanafy, SpJP (K), menjelaskan penderita serangan jantung yang berhasil survive, harus merubah total gaya hidupnya yang bisa membuat penyakit bertambah berat atau kambuh. “Pemulihan diawali dari rumah sakit. Umumnya penderita serangan jantung akan menginap di rumah sakit selama 3 hari hingga seminggu paska serangan jantung. Tetapi jika ditemukan komplikasi, maka perawatan bisa lebih lama,” ungkap dr. Dicky.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ahli Bedah Torak Kardiovaskular, dr. Hariadi Hadibrata, Sp BTKV, mengatakan  ada hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan bagi seseorang pasca dilakukannya operasi jantung. Untuk para penderita serangan jantung yang telah melakukan operasi, wajib melakukan fisioterapi mengingat jantung perlu dilakukan recovery. Selain itu, pasien juga perlu melakukan aktivitas, olahraga teratur. “Selain kegitan tersebut meminum obat secara teratur perlu dilakukan, mengingat saat dilakukannya pengoperasian banyak benda-benda yang memang bukan asalnya dari tubuh, sehingga perlu adanya pencegahan untuk faktor-faktor yang tidak diinginkan. Cek Lab juga perlu dilakukan, untuk mengetahui bagaimana perkembangan serta keadaan baik jantung maupun darah,” terang dr. Hariadi.

Gejala Gagal Jantung

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai masyarakat, mengingat serangan jantung bisa terjadi kepada siapa saja. “Gejala cepat lelah, terbangun dari tidur karena tiba-tiba merasakan sesak, sesak saat terlentang, sesak saat aktifitas, bengkak tungkai bawah dan berkurangnya selera makan, menjadi gejala yang sering terjadi bagi sesorang yang akan mengalami kegagalan kerja jantung,” kata dr. Dicky.

 

Baca juga :

               Tidak Merokok? Jangan Merasa Sehat Jika Anda Masih Melakukan 5 Hal Ini!

               Bocoran Smartphone Tipe Flip Terbaru dari Samsung

 

dr. Dicky, menambahkan, .“Akibat gagal jantung yang sering terjadi adalah karena darah tinggi, karena jantung harus memompa darah secara berlawanan, yang akhirnya lama kelamaan menjadi tidak keuat yang mengakibatkan gagal jantung. Selain itu, untuk jantung koroner juga cukup banyak, karena terjadinya penyempitan dalam pembuluh darah,” terang dr. Dicky.

Paska Serangan Jantung

Pasien harus memahami, saat perawatan salah satu perubahan yang dilakukan dokter pada penderita serangan jantung untuk pertama kali adalah mengevaluasi kembali obat-obatan yang selama ini dikonsumsi pasien. Kemungkinan akan ada penambahan dosis atau jenis obat yang harus diminum. Obat yang diberikan dimaksudkan untuk menghilangkan gejala dan mengendalikan faktor risiko.

Paska serangan jantung, pasien biasanya akan mengalami gejolak emosi yang naik turun. Kebanyakan berpikir bahwa memiliki penyakit jantung sudah dekat dengan ajal. Tak jarang, penderita penyakit ini jatuh dalam depresi berkepanjangan yang justru akan memperburuk kondisi.

Saat ini belum ada satu obat yang bisa mengendalikan semia faktor risiko sehingga ada kemungkinan pasien harus mengkonsumsi banyak obat sekaligus. Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, biasanya semakin banyak obat yang diberikan. Obat diberikan juga dengan mempertimbangkan kondisi pasien dan fungsi organ penting seperti ginjal dan hati. (red)

Tags

About The Author

Juanda san 54
Expert

Juanda san

Writer and blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel