Pada awalnya, manusia diciptakan hanya seorang diri, lalu diciptakan pasangannya dari dirinya sendiri. Kemudian mereka melahirkan keturunan, dan dari keturunannya itulah manusia berkembang biak, menjadi banyak, dan semakin banyak, hingga seperti yang kita saksikan dikehidupan ini. Akan tetapi, substansinya tetap satu disisi Allah, bahwa manusia itu ditempatkan di alam yang sama untuk saling meminta, saling memberi, saling mengisi dan saling memperkuat hubungan satu sama lain. Itulah hakikat semua benda yang dimuka bumi ini diciptakan secara berpasang-pasangan.
Semenjak kanak-kanak, kita telah diajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Artinya, dalam menjalani hidup ini, manusia selalu ditopang oleh orang lain. Betapapun hebatnya seseorang, betapapun pintarnya seseorang, betapapum kuatnya seseorang, dia pun menyadari bahwa tak ada artinya hidup sendiri tanpa bantuan dan dukungan dari orang lain. Ketika masih balita, manusia diajar untuk berdiri, diajar untuk makan, berlari, mandi, berpakaian, dan masih banyak lagi. Setelah banyak belajar, akhirnya dia pun bisa melakukannya sendiri. Ini menunjukkan bahwa seseorang tak bisa melakukan sesuatu sebelum ada yang mengajarkannya terlebih dahulu. Maka dari itu, hendaknya manusia menyadari bahwa setiap orang haruslah berbuat baik kepada orang lain yang ada disekitarnya. Jabatan bukanlah penentu bahwa seseorang berhak berbuat zalim terhadap orang lain yang berada bawahnya (level/tingkatan).
Â
Baca juga :
        4 Resolusi Tahun Baru Bagi Pengguna Media Sosial
        Messi, Tak Masalah Menangis, Heathcliff Juga Menangis
Â
Manusia pada awal kelahiran semuanya sama, tidak tahu apa-apa kecuali menangis. Seiring berjalannya waktu, dari balita menjadi anak-anak, kemudian menjadi remaja, yang terus tumbuh menjadi dewasa. Bersamaan dengan itu, pola pikir seseorag pun terus berkembang, dengan berbagai metode dan pendapat yang berbeda. Maka muncul pembeda diantara manusia dengan menggunakan akalnya. Perbedaan itu, ada yang mengarah ke hal yang positif dan ada yang mengarah ke hal negatif. Akibat dari adanya perbedaan yang mengarah ke hal negatif, menyebabkan munculnya arogansi seseorang.
Arogan termasuk sifat iblis. Siapa yang mengikuti sifat iblis, maka dia akan menemukan kehancuran dan kebinasaan dalam hidupnya. Sebahagian dari sifat arogan adalah sifat sombong. Manusia yang memiliki sifat sombong, akan melahirkan kebencian yang berlebih dan tidak lagi berpikir secara jernih. Maka dari itu, sebagai manusia yang berakal yang menggunakan akalnya, hindarilah sifat sombong, agar dapat berpikir secara jernih.
Sifat arogan berdampak sangat buruk terhadap hubungan sesama manusia, bahkan mrusak hubungan kepada sang Pencipta. Arogan mampu membuat hubungan bercerai berai, hingga menimbulkan rasa sakit yang mendalam terhadap orang lain.
Maka dari itu, sebagai makhluk berakal, hilangkan sifat arogan itu, bangunlah persaudaraan dari perbedaan-perbedaan yang muncul diantara kita. Perbedaan bukan untuk kita hindari, tapi kita jadikan perbedaan itu sebagai sesuatu yang membuat persaudaraan kita semakin erat. Hidup dengan banyak perbedaan itu indah, selama tidak mengarah ke hal yang negatif. Hidup bersaudara dalam damai, itu jauh lebih indah.