Menulis itu sulit, begitu kata sebagian orang. Menulis atau menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan mungkin menjadi hal yang cukup memusingkan. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa untuk menjadi penulis yang hebat dibutuhkan bakat atau bawaan dari lahir. Anggapan ini mungkin kurang tepat. Menulis lebih tepat dikatakan sebuah keterampilan, keterampilan yang bisa dipelajari oleh semua orang.
Profesi yang Masih Dipandang Sebelah Mata
Selain itu, profesi sebagai penulis masih jarang diminati oleh orang-orang. Stigma menulis itu susah membuat banyak orang tua tidak setuju jika anaknya ‘hanya’ berprofesi sebagai penulis. Mereka menganggap profesi ini tidak mempunyai masa depan yang cerah. Padahal, cukup banyak orang yang sukses hanya dengan bermodal tulisan, sebut saja J.K Rowling, penulis novel spektakuler Harry Potter. Atau, di Indonesia kita tentu mengenal Habibburahman El Shirazy, Asma Nadia, Andrea Hirata, Darwis Tere Liye, dan sederet penulis ternama lainnya. Mereka dikenal karena tulisannya.
Semua Orang Berbakat Menulis
Setiap orang punya bakat menulis. Contoh kecilnya, coba perhatikan, berapa banyak status di sosial media yang muncul setiap harinya? Bagaimanapun isi statusnya, semuanya berbentuk tulisan yang berisi curahan hati masing-masing, tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan tercurah dalam bentuk sebuah tulisan, status. Contoh lain, ketika masih duduk di bangku sekolah, pernahkah kita diminta untuk menuliskan pengalaman pribadi, liburan misalnya? Sebagian atau mungkin kita semua tentu dapat menuliskan beberapa paragraf yang menceritakan tentang perjalanan liburan kita, meskipun dengan gaya bahasa dan cara penyampaian yang sangat sederhana. Seiring semakin dewasanya cara berpikir kita, semakin banyaknya hal-hal yang kita pelajari, dan semakin banyak pula perbendaharaan kata yang tersimpan dalam ‘memori’ otak kita, tentunya akan semakin berkembang pula ‘karangan’ kita, jika diasah dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bisa dipelajari, sama halnya dengan berbicara.
Â
Baca juga :
        Sering Kena Macet? 4 Hal Berikut ini Dapat Dilakukan Ketika Terjebak Kemacetan
        Tahu Boneka Penangkal Hujan dari Jepang? Ternyata Asalnya bukan dari Jepang
Â
Faktor Penghambat dalam Menulis
Faktor utama dalam menghambat seseorang dalam menulis adalah ketekunan menulis itu sendiri. Dengan kata lain, semakin sering kita (berlatih) menulis, semakin terasah juga kemampuan kita dalam menulis, begitupun sebaliknya. Faktor lainnya adalah perasaan ragu yang selalu muncul setiap kali kita ingin menuangkan gagasan kita dalam sebuah tulisan. Menganggap tulisan kita jelek, pemilihan kata yang tidak tepat, dan lain sebagainya. Yang terakhir yang sering luput dari perhatian kita adalah kurangnya membaca. Padahal, sering membaca juga akan mempengaruhi pola pikir dan gaya tulisan kita, sekaligus akan semakin menambah perbendaharaan kata dan menambah wawasan yang tentunya sangat dibutuhkan dalam dunia tulis-menulis.Â
Menulislah dari Hati
Ketika ingin menulis, mestinya kita punya tujuan terhadap para pembaca yang akan membaca tulisan kita. Namun, untuk bisa menulis dengan lancar sesuai dengan ide yang muncul di kepala kita, cobalah hilangkan pemikiran bahwa tulisan kita harus sesuai dengan ekspektasi pembaca. Dengan kata lain, tulis saja semua gagasan yang muncul. Lupakan tentang tulisan yang sempurna. Tulislah sesuai kata hati kita. Tanamkan di kepala kita bahwa menulis adalah menyampaikan pesan dalam bentuk tulisan.
Â
Kesimpulannya, menulis lebih tepat dikatakan sebuah keterampilan berbahasa. Bakat bukanlah menjadi faktor penentu bisa tidaknya seseorang menulis. Kepandaian menulis lahir dari seringnya berlatih. Jadi, jangan jadikan menulis sebagai beban, karena pada hakikatnya menulis adalah bagaimana menyampaikan sebuah pesan atau gagasan dalam bentuk tulisan.
Â