Para ilmuan telah menemukan cara baru agar tuna netra bisa belajar melihat melalui pendengaran mereka. Perangkat teknologi terbaru dunia ini disebut Sensory Subtitution Device (SSD) yang dapat mengkonsversi rangsangan visual menjadi respresentasi suara aural. Ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan kemampuan yang hilang. Sangat membantu untuk menghindari operasi mata dan perawatan yang sangat mahal.
Penelitian sebelumnya menunjukkan SSD membantu orang yang sudah buta sejak lahir. Ini belajar, orang-orang harus memiliki pengalaman dalam menggunakan alat ini. Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Michael Proulx dari Universitas Bath membuktikan bagi mana orang cepat memahami tekonologi suara yang mereka sebut vOICe. Satu yang penting dari penelitian teknologi terbaru dunia mereka adalah ada perbedaan antara orang yang baru buta dan yang sudah lama. Untuk orang yang sudah lama menderita kebutaan indra lain mereka jauh lebih baik daripada orang yang baru buta. Misalnya, pendengaran orang buta yang sudah lama jauh lebih baik dari pada orang yang bisa melihat atau orang yang baru buta. Tetapi penelitian terbaru mereka menunjukkan kalau SSD bisa digunakan dengan baik oleh orang-orang yang baru saja buta.
vOICe merupakan peralatan seperti laptop yang dimasukkan ke ransel, kacamata hitam yang dilengkapi kamera dan speaker mini. Cara kerjanya, vOICe mengkonversi gambar yang ditangkap oleh kamera yang terdapat di kacamata menjadi “soundscapeâ€. Soundscape dikirim ke headphone dalam waktu perdetik, pengiriman cepat ini sangat penting karena sebisa mungkin realtime agar tidak memberikan informasi yang terlambat bagi pengguna. Suara terkadang kuat, pelan atau bergelombang dikirim ke telinga bagian kiri ke kanan. Pengguna akan bisa menterjemahkan apa yang ada di hadapan mereka, berapa jaraknya hingga bagaimana bentuknya, apakah keras lembut dan lain sebagainya. vOICe membuat sebisa mungkin bisa dan sedetail mungkin menggambarkan lingkungan disekitar pengguna.
Walau begitu alat ini tetap merupakan alat belajar. Pengguna butuh beberapa waktu untuk memahami lingkungannya dengan vOICe. Untuk berlatih, pengguna bisa mulai dari rumah dan sekitarnya seperti taman atau jalanan disekitar rumah. Setelah ahli dalam menterjemahkan suara yang ditimbulkan oleh alat ini bisa ke lingkungan lain yang lebih kompleks lagi seperti toko, swalayan, atau pasar. Bila sudah banyak pengalaman dan cepat mengetahui suara yang ditimbulkan berbagai macam benda bisa secara mandiri pergi kemanapun yang pengguna inginkan.
Â
Baca juga :
           Robot Kubus Ajaib: Penemuan Teknologi Terbaru yang Menakjubkan
           Blackberry Priv, Android Yang Lebih Produktif Dengan Keypad QWERTY
Â
Masalah kemampuan “melihat†pada orang yang buta berbeda-beda di setiap Negara. Untungnya dinegara kita tidak ada peraturan seperti itu. Di Amerika Serikta tempat alat ini ditemukan peraturan masalah sajarak pandang cukup ketat. Aka dari itu penemu alat ini juga harus memperhitungkan peraturan yang dibuat pemerintah tersebut. Alat yang ditemukan tidak boleh melebihi penglihatan orang normal. Misalnya, orang normal hanya bisa memandang 20 kaki maka orang buta dengan bantuan alatnya bisa melihat dengan jarak tersebut. Ini masalah privasi, jangan sampai orang buta bisa menembus halangan misalnya tembok atau apapun itu.
Ketepatan pencitraan yang bisa dihasilkan perangkat sebesar 75%. Dengan keakuratan 75%, pengguna paling tidak sudah tahu kearah mana mereka harus berjalan, apa yang menghalangi jalan mereka dan seberapa jauh jarak halangan tersebut. Dengan begini, tuna netra tidak perlu lagi menggunakan tongkat atau dibantu orang lain dalam berjalan. Yang menjadi sedikit masalah hingga saat ini adalah, bagaimana bila pengguna berada di tempat yang cukup ramai dan bising? Tentu ini sangat mengganggu suara yang dikirim ke headphone pengguna. Untuk hal ini pengguna harus lebih bisa berkonsentrasi lagi membedakan suara yang muncul dari alat yang dibawanya atau suara bising dari luar. Masalah ini juga terus di pelajari oleh peneliti. Ada beberapa opsi yang mereka utarakan dari menciptakan headphone yang menutup benar-benar telinga pengguna hingga sulit mendengar suara dari luar hingga volume suara yang ditimbulkan peralatan otomatis membesar ketika berada di tempat yang bising. Tetapi hingga kini belum ada yang diterapkan. Peneliti masih mencari jalan terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
Belum ada harga yang diterapkan peneliti untuk perangkat ini. Namun, dia mengatakan kalau orang-orang bersemangat menunggu hasil akhir dari peralatan yang ditemukannya. Untuk lebih jelasnya mengenai cara kerja dan studi yang dilakukan peneliti silahkan kunjungi halaman ini Kita berharap tuna netra bisa mendapatkan penglehatan mereka kembali. [RIC]