Bagi seorang muslim, tiada bulan yang ditunggu selain bulan suci Ramadhan. Bulan kesembilan pada penanggalan Hijriyah tersebut memang selalu dinanti-nantikan kehadirannya. Tak terkecuali di tanah air, antusiasme menyambut bulan Ramadhan juga tidak bisa dibilang biasa saja. Dari sabang sampai merauke, disetiap kota pernah-pernik khas Ramadhan biasa terpampang dengan jelas mulai dari jalanan, pasar tradisional bahkan sampai mol mewah dan hotel-hotel berbintang.
Kali ini Plimbi melakukan perjalanan ke kota Medan, kota terbesar ketiga di Indonesia ini memiliki pesona islami tersendiri. Bagi sebagian orang awam, medan mungkin bukanlah kota dengan pemeluk muslim mayoritas, namun anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Kota yang merupakan salah satu pintu gerbang barat Indonesia ini memiliki penduduk muslim yang cukup banyak, penyebaran berbagai suku di nusantara menjadi penyebabnya. Kota ini dihuni berbagai suku bangsa, sebut saja Jawa, Padang, Batak, Melayu, Aceh dan suku-suku lainnya.
Beragam kemeriahan Ramadhan pun bisa dinikmati di kota ini, salah satunya adalah Ramadhan Fair yang terletak disebelah Masjid Raya Medan. Bazar makanan dan berbagai pernak-pernik berbau Ramadhan menjadi ciri khas menikmati Ramadhan si Kota Medan. Menjadi Bazar terbesar dan pertama di Indonesia. Mengambil penuh satu jalan penghubung antara Masjid Raya dengan Istana Maimun menjadikan Ramadhan Fair sangat meriah dengan puluhan stand yang tersedia. Selain itu, lampu-lampu hias disekitar lokasi juga turut memeriahkan malam pada Ramadhan di Medan, sesuatu yang tidak akan ditemui di Kota lainnya.
Masjid Raya Medan yang terletak di sebelah kawasan bazaar Ramadhan Fair juga menjadi perhatian ketika Anda berkunjung ke Kota Medan. Masjid peninggalan kesultanan Deli tersebut terletak di jalan Sisingamangaraja Kota Medan. Keindahan arsitektur melayunya sangat pantas menyorot perhatian turis, didominasi warna krem kekuning-kuningan serta hijau dipadukan dengan ukiran melayu menjadikannya unik. Sebagai informasi tambahan, Masjid ini dibangun pada 1906 dan selesai tiga tahun kemudian, termasuk salah satu masjid tertua di Medan. Bahkan menurut sejarah, bahan-bahan pembangunnya diimpor langsung dari Eropa, seperti marmer dari italia dan lampu gantung dari prancis.
Berada di tengah Kota Medan menjadikan Masjid ini ramai dikunjungi, bahkan tepat didepan Masjid terdapat sebuah mol. Karena letaknya yang berada di tengah kota, maka untuk urusan telekomunikasi dapat dipastikan tanpa gangguan. Penjual pulsa pun dengan mudah ditemukan disekitar lokasi masjid yang juga berdekatan dengan berbagai macam hotel. Ya, lokasi jalan SM.Raja memang dikenal terdiri dari banyak hotel, mulai dari kelas bawah sampai menengah.
Sejatinya pengelolaan Masjid Raya Medan cukup baik, namun ada beberapa kerusakan yang ditemui. Kerusakan lampu gantung pada bangunan tempat wudhu menjadi salah satunya. Tempat wudhu masjid ini terbilang unik, karena bangunanya yang terpisah sekitar 5 meter dari bangunan masjid. Selain itu, warna masjid terlihat sedikit kusam, mungkin memang termakan usia yang terlampau tua. Selebihnya masjid yang menjadi ikon kota Medan ini cukup rupawan untuk dikunjungi atau sekedar ber-foto ria di halaman depan masjid. [IQ]
