Review The Walk-Mendengar film The Walk (2005) disutradari oleh Robert Zemeckis, membuat saya tidak sabar untuk menyaksikannya. Betapa tidak, Robert Zemeckis adalah sutradara kenamaan yang sudah menorehkan film-film berkualitas.Â
Cast Away, Back to The Future Trilogy, dan Forest Gump adalah jaminan film-film berkualitas dari Robert Zemeckis. Â
Bahkan, Forest Gump (1994) bisa dibilang sebagai masterpiece dari Robert Zemeckis. Film yang dibintangi oleh Tom Hanks dan disutradari oleh Robert Zemeckis ini memang film berkualitas.Â
Terlebih karena Forest Gump mendapatkan Piala Oscar 1995 untuk kategori prestisius, yakni film terbaik, sutradara terbaik, dan aktor terbaik. Penghargaan lain yang didapatkan adalah adaptasi film terbaik, efek visual terbaik, dan editing film terbaik.Â
Nama besar Robert Zemeckis inilah yang kemudian membuat saya berekspektasi tinggi tentang film The Walk. Apalagi film ini dikemas dengan gaya naratif layaknya Forest Gump.Â
Lalu, bagaimana kualitas film ini? Simak ulasan dari saya tentang film yang mengisahkan seniman tali Philippe Petit ini.Â
Konsep Film 3
Oh yah, untuk diketahui, salah satu jenis film yang saya suka adalah film yang bertutur. Sebuah film yang diceritakan oleh seseorang terhadap suatu kejadian atau menceritakan orang lain.Â
Contohnya adalah Gie (2005) yang fokus pada penceritaan aktivis Sok Hok Gie dan kehidupan Indonesia pada masa orde lama.Â
Beberapa film luar yang memiliki narasi cukup bagus adalah Fight Club (1999) atau The Curious Case of Benjamin Button (2008).Â
Kedua film tersebut disutradari oleh David Fincher. Dan keduanya tergolong sebagai film berkelas dan berkualitas. Terlebih karena cara bertuturnya yang dbuat menarik.
Karena itu, saya juga berpikir bahwa kemasan film ini pun akan dibuat menarik karena dibawakan secara naratif.Â
Dan gaya naratif itu sudah dimulai  ketika Philippe Petit  yang diperankan oleh Joseph Gordon-Levitt bercerita tentang keinginannya untuk berjalan diatas tali antara dua gedung kembar WTC Amerika.Â
Philippe Petit pun memulai kisahnya dari tempat ia berasal dari Perancis.
Dari awal adegan ini, saya tidak ada masalah dengan kemasan naratif.
Tapi kemudian saya merasa bosan dengan gaya narasi Joseph Gordon-Levitt. Entah akting dia yang terasa kurang atau memang cara Robert Zemeckis yang membuat gaya narasinya menjadi kurang menark?
Mari bandingkan dengan Fight Club  yang memaparkan narasi super keren. Banyak informasi yang saya dapat dari narasi yang dituturkan oleh Edward Norton dalam film tersebut. Pergumulan dia terhadap dunia ataupun hal-halmenarik yang diceritakan  lainnya.Â
The Curious Case of Benjamin Button (2008) malah menggabungkan narasi pemain utamanya (Bradd Pitt) dengan anak dari kekasihnya yang membacakan buku untuk ibunya yang sudah tua berbaring di rumah sakit.Â
Kalau perbandingan tersebut kurang adil, mari bandingkan dengan Forest Gump. Â Tom Hanks yang memerankan Forest Gump tak sekadar bernarasi tetapi juga menceritakan kisah hidupnya di bangku taman.
Sebuah kemasan sederhana tapi dibawakan lebih menarik sehingga saya tidak bosan mengikutinya dari awal sampai akhir.Â
Sementara dalam The Walk, kesan Philippe Petit membawakan kisah memang terlihat kurang. Mengisahkan kisahnya sendiri kepada penonton seolah-olah memang dia sedang bermain bioskop.Â
Tempat Philippe Petit bertutur kisahnya juga kurang jelas. Â Yang jelas adalah latar laut dan gedung kembar WTC dibelakang Philippe Petit. Â Dan Philippe Petit berkesan sombong ketika bercerita tentan dirinya.
Soal kemasan cerita ini, saya kasih tiga bintang. Mungkin akan lain cerita jika yang bertutur adalah salah seorang kawan  Philippe Petit atau kekasih Philippe Petit,  Charlotte Le Bon (diperankan Annie Allix)
Sempat terpikir pula di kepala saya bahwa yang bertutur pada film ini adalah Philippe Petit sendiri yang masih hidup. Mungkin jika ini terjadi, kemasan filmnya akan lebih menarik.Â