Persaingan dalam pasar smartphone memang benar-benar keras, kali ini, Mozila, yang dalam beberapa tahun lalu mengembangkan smartphone dengan sistem operasi besutanya sendiri, terpaksa harus menyerah dalam pengembangan perangkat smartphone tersebut.
Bagi Mozila sendiri, keputusan ini memang dirasa cukup berat, namun Mozila masih merasa bangga dengan pencapaiannya di ranah Web. Kedepan, Mozila akan lebih memfokuskan diri ke Web, dengan tetap berkomitmen untuk open source.
Mozila memang sangat fleksibel untuk web, namun, kelebihan fleksibilitas di web tidak mampu dibawa Mozila ke ranah smartphone. Salah satu hal yang mengganjal perkembangan Mozila bisa jadi adalah pertumbuhan ekosistem Android, yang memang sangat dominan dalam beberapa tahun terakhir.
Browser besutan Mozila, Firefox, memang sangat fleksibel dan mendapat pengguna yang cukup besar di seluruh dunia. Salah satu kelebihan dari Mozila Firefox adalah, pilihan add on dan extension yang banyak, sehingga memberikan kebebasan kepada pengguna untuk menambah add on maupun extension untuk Firefox.
Smartphone dengan sistem operasi Mozila sendiri sejatinya akan dipasarkan ke negara-negara berkembang dimana pasar smartphone masih sangat rendah. Harga yang ditawarkan pun teramat rendah, berkisar di rentang 25 dolar Amerika Serikat. Pasar negara berkembang sengaja disasar Mozila, karena dipasar tersebut masih banyak masyarakat menggunakan feature phone, sehingga Mozila berharap smartphone besutanya menjadi perangkat transisi dari feature phone ke smartphone.
Sebenarnya, dengan harga dibawah 300 ribu rupiah, celah memasuki pasar negara berkembang masih sangat besar. Smartphone Android termurah mungkin berada dikisaran harga 600 ribu an keatas.
Adapun vendor yang sempat menjadi partner Mozila untuk memproduksi smartphone dengan sistem operasinya tersebut seperti, Alcatel, ZTE, Huawei dan LG. Bahkan vendor ponsel lokal Indonesia, Polytron, sempat juga akan bergabung untuk ikut ambil bagian dalam proyek smartphone Mozila.
Operator seluler Indonesia, Telkomsel dan Indosat juga sempat memberikan dukunganya untuk smartphone berbasis Mozila.
Pendekatan harga minim tampaknya belum bisa dijadikan satu-satunya patokan perangkat dalam meraih kesuksesan pasar. Android dengan ekosistem yang besar, dukungan aplikasi yang sangat banyak, tampaknya sangat sulit digoyahkan untuk saat ini. Disisi lain, Android juga cukup agresif memasuki pasar negara berkembang dengan platform Android One miliknya.
Kehadiran Android One sendiri di Indonesia cukup mendapat sambutan baik, vendor lokalpun turut digandeng oleh Google untuk memproduksi smartphone Android One, seperti Cross, Nexian dan Mito.
Bagi anda yang sudah menunggu-nunggu kehadiran smartphone Mozila, tampaknya harus mengurungkan niat menunggu smartphone dari pembesut browser si rubah api tersebut.