Setelah melepas divisi mobile ke Microsoft, nama Nokia sedikit tenggelam. Perusahaan ini memang tidak terjun lagi di divisi mobile. Meskipun sempat merilis tablet Nokia N1, Nokia belum sepenuhnya terjun kembali karena perangkat tersebut merupakan produk kerjasama dengan Foxconn.
Nokia, saat ini lebih fokus dalam bisnis infrastruktur telekomunikasi. Sayangnya, di bisnis ini juga Nokia sedikit tertinggal dari kompetitornya, yakni Ericsson dan Huawei. Untuk itulah, Nokia lakukan akusisi Alcate-Lucent, perusahaan yang bergereak di bisnis yang sama dengan Nokia, yakni industri infrastruktur telekomunikasi.
Untuk diketahui, industri infrastruktur telekomunikasi masih dipegang kuat oleh Ericsson. Perusahaan asal Swiss ini setidaknya menguasai pangsa pasar sebesar 40%. Dan nilai pangsa pasar yang dimiliki Nokia maupun Alcate-Lucent tidak mencapai setengahnya dari nilai pangsa pasar yang dimiliki Ericsson. Namun, berkat akusisi yang dilakukan oleh Nokia terhadap Alcate-Lucent, persaingan sedikit berubah. Gabungan kedua perusahaan ini kini memiliki pangsa pasar sebesar 35%.
Tentu, langkah akusisi yang dilakukan Nokia ini memulai berbagai respon. Ada yang menganggap bahwa akusisi yang dilakukan Nokia ini hanyalah langkah cerdik Nokia untuk kembali terjun ke pasar smartphone. Seperti yang diketahui, Alcate-Lucent bukan hanya punya unit bisnis infrastrtuktur telekomunikasi tetapi juga memiliki unit bisnis mobile. Kemungkinan ini memang sangat besar, apalagi respon Nokia N1 cukup bagus sehingga ada kemungkinan nantinya ada produk mobile yang dikeluarkan oleh kedua perusahaan. Mungkin dengan nama Nokia Alcatel.
Spekulasi lain menyebutkan bahwa langkah yang dilakukan Nokia ini adalah langkah bisnis yang tepat. Ada kemungkinan dengan penggabungan dua perusahaan ini, Nokai ingin membangun infrastruktur jaringan 5G. Jika benar, bisa jadi akusisi ini langkah yang baik karena saat ini belum ada perusahaan yang benar-benar merealisasikan teknologi jaringan 5G. Huawei memang berencana menghadirkan teknologi jaringan 5G di tahun 2020. Teknologi ini memiliki kecepatan jaringan internet yang lebih baik dibandingkan 4G. Serupa dengan Huawei, Alcatel juga berencana menghadirkan teknologi jaringan 5G. Barangkali alasan inilah yang membuat Nokia mengakusisi Alcatel-Lucent, yakni realisasi jaringan 5G lebih cepat.
Ada juga pendapat dari, Jack Gold, seorang pimpinan firma konsultan mobile bernama Jack Gold and Associates. Dia menyebutkan bahwa akusisi yang dilakukan Nokia lebih fokus kepada persaingan usaha dalam skala yang lebih besar, yakni persaingan lebih kuat dengan Huawei dan Ericsson. Nokia sendiri mengklaim bahwa akusisi yang dilakukannya adalah untuk menghadirkan teknologi jaringan yang lebih baik dan lancar.
Apaapun alasannya, Nokia melakukan langkah bisnis yang sangat baik dengan mengakusisi perusahaan pesaing. Lantas, berapa nilai akusisi yang digelontorkan Nokia terhadap Alcate-Lucent? Dikutip dari Kompas.com, Kamis (16/4/2015), Nokia mengakusisi Alcate-Lucent dengan nilai sekitar 16,6 miliar dollar AS. Jika dalam rupiah, nilai tersebut sekitar Rp 215 triliun. Efek dari akusisi ini berpotensi bagi keduanya untuk menghemat anggaran hingga 900 juta euro sampai 2019. Namun, akusisi ini tidak membuat kedua perusahaan melakukan pengefisienan tenaga kerja. Ini artinya, tidak ada karyawan yang akan dirumahkan, baik oleh Nokia maupun oleh Alcate-Lucent.