Mungkin diantara Anda ada pernah memiliki pengalaman untuk menulis buku buku tentang ilmu pengetahuan sains yang menarik untuk anak. Kedengarannya mudah. Dan tampaknya bahan yang luar biasa banyak dengan cara googling bisa memberikan anak ragam nuansa tentang sains yang tidak ada habisnya. Yang tidak saya pahami di sini adalah, sains bukanlah sastra yang bisa menarik imajinasi anak akan banyak hal. Sains membosankan, karena bicara tentang benda benda dan perhitungannya, serta imej yang melekat pada Sains tersebut.
Bagaimana menuangkan pemahaman ilmu pengetahuan sains dalam kata kata, tidak menjadi soal, yang menjadikannya masalah, adalah anak anak yang belajar sains melihat bahwa pelakunya termasuk tidak asyik. Inilah sisi kontroversi yang membuat sains mungkin di cap membosankan.
Mitos : harus menjadi seorang jenius (atau kutu buku) untuk menjadi seorang saintis.
Kenyataannya: Tidak. Secara umum, orang yang menjadi ilmuwan dan belajar sains tidak lebih atau kurang cemerlang atau pintar dari orang-orang yang menjadi pengacara, perawat, manajer perusahaan, wartawan atau pekerjaan profesional jenis lainnya. Para ilmuwan hanya orang-orang biasa yang ingin tahu tentang dunia dan kehidupan benda dan bagaimana semua itu bekerja maupun terjadi.
Mitos : Menjadi ahli sains berarti duduk di laboratorium sepanjang hari melihat slide di bawah mikroskop, dan itu Membosankan .
Kenyataannya: Bagian dari pekerjaan ilmu pengetahuan sains melibatkan cara macam itu. Tapi mereka juga bisa melakukan perjalanan ke hutan belantara Kalimantan dan Puncak Jaya untuk mencari spesies binatang baru. Mereka bisa bertemu beberapa makhluk paling mematikan di Bumi saat melacak virus pembunuh seperti Ebola. Mereka bisa mengapung di titik gravitasi zero ketika mempelajari robot di luar angkasa. Mereka bisa menonton ikan berenang melewati jendela saat menyelam ke kedalaman laut dalam kapal selam. Mereka bisa memanjat sisi gunung berapi. Banyak hal yang Saintis kerjakan jika iya benar-benar peneliti di suatu bidang. Para Saintis akan mengeksplorasi di suatu bidang tertentu dengan kenyataan yang ada di alam yang sangat luas ini. Dengan demikian laboratorium sebenarnya hanya alat penunjang saja, laboratorium yang utama adalah terdapat di alam.
Mitos : para saintis itu miskin
Kenyataannya: Gaji tergantung pada banyak faktor : di mana orang bekerja, apa jenis penelitian atau produk nya, tingkat pendidikan dan berapa lama sudah berada di lapangan. Sama saja ilmuwan yang bekerja untuk perusahaan yang membuat obat-obatan atau melakukan penelitian, dan membuat lebih banyak uang dari para ilmuwan yang bekerja untuk pemerintah atau perguruan tinggi negeri. Tapi kebanyakan orang tidak menjadi ilmuwan karena mereka ingin menjadi kaya, mereka melakukannya untuk sukacita dengan penelitian dan punya minat dalam bekerja dengan benda menarik, aneh, makhluk kecil ciptaan Tuhan lainnya.
Mitos : harus menghabiskan bertahun tahun di kuliahan sebelum menjadi seorang ilmuwan. Tua di sekolah.
Kenyataannya: Semua ada jenjang. Atau derajat lanjutan tingkat tertinggi yang bisa orang raih, umumnya memang ilmuwan bisa menghabiskan sembilan tahun atau lebih di perguruan tinggi: empat tahun studi sarjana dan lima tahun lebih di sekolah pascasarjana. Tapi mereka bisa langsung masuk ke dalam proyek kerja, setelah S1.
Lebih jauh semakin ada di lapangan, semakin sedikit ilmuwan duduk di kelas dan banyak mencari catatan dari kuliah. Calon ilmuwan memang wajib bekerja pada proyek-proyek penelitian yang menarik di laboratorium atau di lapangan, dibanding sekedar membuat tulisan untuk jurnal. Pada akhirnya menjadi ilmuwan itu memudahkan orang untuk mengerti bahwa ilmu pengetahuan sains itu memang ilmu yang tidak akan memberikan mereka status di masyarakat. Karena para saintis tidak berhubungan dengan orang banyak, tidak membutuhkan kumpul bersama, atau memanajemen manusia. Saintis bekerja dengan makhluk selain manusia. Maka dari itulah, ada ungkapan, sains itu membosankan, karena pelakunya susah di ajak senang senang, berkumpul, Hangout dan nongkrong.
Pada intinya, menjadi Saintis adalah sebuah pilihan. Pendidikan ilmu pengetahuan sains bisa dibilang membosankan itu relatif, tergantung dari sudut mana orang memandangnya. Saintis juga bisa dijadikan sebagai profesi sampingan, karena saat ini juga banyak para peneliti ataupun saintis yang tidak berorientasi pada uang sebagai mata pencaharian utamanya, melainkan hanya sekedar hobi untuk mengetahui misteri-misteri maupun fakta yang terjadi di alam semesta ini. [HMD]