Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau lebih dikenal dengan panggilan Pentagon melakukan upaya penyerangan balik terhadap organisasi Taliban. Namun, kali ini bukan melalui pendekatan militer tetapi memanfaatkan media sosial. Kehadiran serta pertumbuhan situs Taliban yang secara agresif dianggap menyiarkan kebohongan. Akun Twitter ataupun website yang diasosiasikan kepada kelompok militan tersebut dianggap digunakan untuk melakukan penyerangan.
Menurut salah satu petinggi Departemen Pertahanan Amerika Serikat, informasi yang disediakan di dalam media sosial Taliban berisi kebohongan dan sengaja dibesar-besarkan. Menanggapai hal tersebut, pihak Pentagon sendiri dengan cepat dan efektif membantah seluruh isu yang berkembang melalui Twitter dan layanan lainnya. "Para pemberontak selalu menginginkan dirinya tampak seperti pemenang." kata Christopher Paul dari RAND Corp.
Akses internet di Afganistan memang terbilang sangat terbatas. Namun peningkatan masyarakat yang memilik perangkat seluler dan klaim Taliban yang sering menyebarkan berita melalui media sosial, televisi satelit, dan juga kantor berita lokal memungkinkan hal tersebut berlangsung. Twitter dapat saja menangguhkan sebuah akun apabila pengguna melakukan pelanggaran peraturan. Juru bicara Twitter, Rachael Horwitz mengatakan bahwa layanan jejaring sosial tidak dapat membahas beragam akun secara spesifik, termasuk apabila pihak militer memintanya. [MS]