Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Korea Utara adalah negara paling terisolir. Bukan karena persoalan politik internasional, tapi juga bagi para pengguna handphone. Fakta menyebutkan bahwa Korea Utara memiliki lebih dari 1 juta pelanggan perusahaan wireless lokal Koryolink. Perusahaan tersebut telah beroperasi sejak tahun 2008 dan terus mengalami peningkatan pelanggan. Di tahun 2010 saja, mereka telah memiliki 300.000 pengguna yang artinya kepemilikan handphone sedang mengalami pertumbuhan yang cepat.
Jumlah pelanggan rupanya tidak memberikan pelayanan bagi mereka untuk mendapatkan layanan seperti di negara-negara lain. Jika ingin terhubung dengan orang atau informasi di luar negara, mereka harus mengambil resiko dan membeli perangkat dari China yang dianggap ilegal. Dengan menggunakan handphone selundupan, mereka dapat melakukan panggilan internasional di dekat perbatasan utara di mana sinyal dari China dapat tertangkap.
Membuat panggilan internasional melalui Koryolink adalah pelanggaran di Korea Utara. Pemerintah ingin mencegah adanya kebocoran informasi yang keluar dari negara. Apalagi untuk akses internet. Beberapa perangkat yang lebih canggih memang tersedia di negara ini. Namun para pengguna handphone hanya dapat menggunakan layanan Koryolink dalam paket pasca-bayar. Saat sinyal wireless berjalan, seluruh nomor perangkat akan diawali angka 1912 yang berasal dari tahun kelahiran presiden Korea Utara, Kim Il-sung.
Satu juta pengguna handphone memang terlihat seperti memiliki pajangan saja. Pasalnya rata-rata gaji per bulan di negara Komunis ini adalah sekitar $15, sedangkan harga setiap handphone dapat berkisar $400. Oleh sebab itu, tidak terlalu mengherankan jika hanya segelintir elit negara saja yang dapat memilikinya. Dengan jumlah penduduk sebesar 24,5 juta, artinya ada sekitar 4% penduduk yang memiliki kemewahan sebuah perangkat mobile. Walau tak banyak yang dapat mereka lakukan dengan perangkatnya tersebut. [MS]