Panorama Gunung Anak Krakatau dan Layanan Stabil Tiga Operator Telepon

9 May 2012 16:00 4390 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Pada tanggal 26-27 Agustus 1883, sekitar 36.000 jiwa tewas akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau. Letusan terakhir gunung tersebut rupanya menjadi letusan terakhir yang dihasilkan Krakatoa (bahasa Inggris) dan berdampak pada perubahan iklim global saat itu.

Pada tanggal 26-27 Agustus 1883, sekitar 36.000 jiwa tewas akibat letusan dahsyat Gunung Krakatau. Letusan terakhir gunung tersebut rupanya menjadi letusan terakhir yang dihasilkan Krakatoa (bahasa Inggris) dan berdampak pada perubahan iklim global saat itu. Bahkan suara letusan Gunung Krakatau terdengar hingga ke Benua Hitam, Afrika. Kedahyatan letusan Gunung Krakatau mengakibatkan terbentuknya kawasan kaldera yang masih aktif. Sekitar 40 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1927, muncullah gunung api yang saat ini dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau.

Saat ditemukan, Anak Krakatau tidak setinggi seperti saat ini. Gunung yang diapit Pulau Panjang dan Pulau Rakata Kecil ini mengalami penambahan tinggi sekitar 4cm pertahun. Oleh sebab itu, pengalaman mendaki Gunung Krakatau akan cukup menguras energi dengan jalur pendakian berpasir. Tim Paseban melanjutkan perjalanan setelah singgah untuk beristirahan di Pulau Sebesi.

Dari pulau tersebut, kami harus melakukan perjalanan menggunakan perahu tradisional sekitar satu setengah perjalanan. Sebenarnya, dalam tempo 45 menit tim bisa saja tiba di bibir pantai Pulau Anak Krakatau. Tetapi, pagi itu kami disambut oleh cuaca yang tidak terlalu baik. Dari sejak dini hari, Pulau Sebesi diguyur hujan hingga menjelang fajar terbit. Setelah hujan reda, awan mendung masih tampak bergelantungan di atas langit. Angin bertiup cukup kencang dan membuat ombak melaju dengan cepat dan cukup besar.

Rasa penasaran dan semangat yang tinggi tidak menghalangi jalan kami menuju Gunung Anak Krakatau. Terpaaan ombak besar serta laju perahu yang membelahnya memacu adrenalin saat menuju Krakatau kecil. Setibanya di sisi pantai Pulau Anak Krakatau, kami disambut oleh beberapa petugas di pos penjagaan. Menurutnya, jika cuaca sedang baik perjalanan menuju ke Gunung Krakatau tidak akan terlalu sulit. Rupanya keberuntungan tidak berada di pihak kami saat itu. Ketidak adaan dermaga membuat kami harus bersusah payah turun dari perahu. Jika tidak hati-hati barang berharga yang Anda bawa bisa saja terjatuh bersama tubuh ke dalam air laut. Setelah tiba dan beristirahat sejenak, tim mengabadikan beberapa momen dan objek menarik. Untuk pendakian sendiri, pengunjung sebenarnya hanya dizinkan mendaki hingga patok ke sembilan saja. Namun, untuk beberapa pendaki berpengalaman peraturan tersebut bukan menjadi penghalang. Saat tim tiba di Pulau Anak Krakatau, kebetulan saat itu beberapa turis asing dengan nekat mendaki ke puncak Gunung Anak Krakatau.

Rupanya dari patok sembilan saja panorama yang disajikan dari ketinggian tersebut jelas sekali sangat memanjakan mata. Dari tempat istirahat, tim melewati jalan setapak huntuk mencapai patok kedua. Selama perjalanan kami disambut dengan berbagai tumbuhan khas gunung berapi dan jalur yang berkelok. Setelah tiba di patok dua, dengan jelas terlihat jalur pendakian yang selanjutnya harus ditempuh diselimuti oleh pasir hitam. Jalur tersebut memiliki pola seperti lintasan larva gunung berapi. Berhubung di malam sebelumnya hujan mengguyur kawasan tersebut, pasir-pasir Gunung Anak Krakatau menjadi cukup mudah untuk dijejaki. Menurut salah satu petugas, jika dalam kondisi cuaca yang panas, jalur pasir ini akan bertambah sulit untuk ditempuh. Setelah melintasi patok selanjutnya, di tengah perjalanan menuju patok sembilan, tim dapat melihat panorama menakjubkan. Di hadapanan kami berdiri gagah puncak Gunung Anak Krakatau, dan di belakang terhampar luas lautan biru Selat Sunda dan lanskap pulau-pulau di sekitarnya. Hal tersebut menambah semangat proses pendakian. Hingga akhirnya tiba di patok sembilan setelah menempuh pendakian yang cukup melelahkan sekitar 45 menit. Di patok sembilan tim dapat lebih jelas melihat lautan lepas, puncak gunung, dan panorama lainnya yang sulit untuk dideskripsikan dengan mudah.

Dari patok sembilan, tim memeriksa jangkauan sinyal beberapa operator telepon. Rupanya, seperti yang terjadi di perjalanan sebelumnya di Dermaga Canti dan Pulau Sebesi, tiga operator telepon masih menguasai sinyal di Gunung Anak Krakatau. Telkomsel, XL, dan Axis cukup menjangkau dengan baik. Walaupun terkadang sinyal yang dihasilkan tidak stabil. Sementara, Indosat sepertinya masih menemukan kendala dari BTS yang barus didirikannya di kawasan Dermaga Canti. Setelah melakukan beberapa kegiatan di patok sembilan, tim memutuskan untuk turun karena cuaca kembali memburuk dengan awan-awan hitam bergelantungan di atas langit. Perjalanan turun harus dilakukan dengan hati-hati. Agar aman, gunakankan ujung kaki bagian belakang untuk melangkah. Ini dilakukan agar proses pelangkahan akan lebih ke dalam. Namun, yang lebih penting adalah kondisi fisik yang prima dan kehati-hatian yang selalu terjaga. [MS] 

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel