Sinyal Penuh Dua Operator di Situs Megalitikum Gunung Padang Cianjur

31 Jan 2012 14:00 26363 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Menghabiskan akhir pekan dengan mencoba berpetualang melintasi objek-objek wisata alam merupakan pilihan yang menarik. Hiruk pikuk kota seringkali membuat kita jengah dengan rutinitas yang terkadang membosankan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang banyak menyimpan potensi alam dan pariwisata yang menjanjikan. Salah satunya adalah situs Magalitikum Gunung Padang.

Menghabiskan akhir pekan dengan mencoba berpetualang melintasi objek-objek wisata alam merupakan pilihan yang menarik. Hiruk pikuk kota seringkali membuat kita jengah dengan rutinitas yang terkadang membosankan. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang banyak menyimpan potensi alam dan pariwisata yang menjanjikan. Salah satunya adalah situs Magalitikum "Gunung Padang".

Gunung Padang sendiri sebenarnya dapat dikatakan hanyalah sebuah bukit. Istimewanya, tepat di atas bukit tersebut terdapat banyak sekali tumpukan batu-batu berbentuk punden berundak. Menurut penuturan para penjaga situs, "Gunung Padang" merupakan situs Magalitikum terbesar di Asia Tenggara. Hal tersebut mengingat luas bangunanannya sekitar 900 m2 dan luas areal kurang lebih sekitar 3 ha. Untuk mencapai situs tersebut, tim Plimbi harus menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.

Bagi pengunjung yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, dari arah Bandung Anda dapat menggunakan bus dengan tujuan Sukabumi. Setelah melewati kota Cianjur, Anda dapat turun di daerah Cipadang, Warungkondang. Mintalah pada kernet bus untuk menurunkan Anda di jalan menuju Gunung Padang. Setelah sampai di daerah Cipadang, ada dua alternatif kendaraan untuk mencapai situs Megalitikum tersebut. Pertama, dengan menggunakan ojeg sepeda motor atau angkutan kota (angkot). Jika Anda menggunakan ojeg, waktu tempuh akan lebih singkat. Namun, Anda harus siap merogoh kocek sebesar Rp 50.000 sekali jalan. Bagi Anda yang ingin menghemat biaya perjalanan, angkot adalah pilihan paling bijak dengan tarif yang hanya Rp 5000. Sayangnya, angkot ini tidak berhenti tepat di Gunung Padang. Perhentian terakhir kendaraan ini hanya sampai desa Lampegan, sekitar 6 km sebelum situs.

Tetapi dengan tambahan ongkos sebesar Rp 15.000, Anda dapat meminta sang supir untuk mengantar Anda hingga ke pintu gerbang situs Gunung Padang. Masalah yang masih menjadi kendala bagi para pengunjung Gunung Padang adalah akses jalan yang tidak terawat. Sepanjang perjalanan dari Cipadang hingga depan situs, Anda akan mendapatkan banyak jalan-jalan berlubang sepanjang 20 km perjalanan. Tantangan berikutnya adalah 400 anak tangga yang harus Anda tapaki. Keterjalan tangga tersebut cukup menguras energi yang cukup banyak. Namun, hal tesebut akan terobati setibanya di puncak bukit. Hamparan batu-batu tersusun rapih mengelilingi situ tersebut. Batu-batu tersebut merupakan jenis batuan andesit dan basal berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter. Uniknya, tiang-tiang batuan ini membentuk seperti ruang-ruang yang memiliki banyak fungsi. Seperti pada teras pertama yang merupakan ruang dengan jumlah batuan paling banyak.

Situs Megalitikum Gunung Padang pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti kepurbakalaan asal Belanda, N.J. Krom, pada tahun 1914. Saat itu, Krom hanya membuat sebuah laporan tanpa melakukan penelitian mendalam atasnya. Ia menyebutkan bahwa situs tersebut diperkirakan merupakan sebuah kuburan purbakala. Pada tahun 1979, penduduk sekitar bukit tersebut kembali menemukan tumpukan batu lainnya dan segera melaporkan hasil temuannya ke pemerintah daerah setempat. Sejak saat itu, situs ini terus diteliti cukup mendalam secara arkeologi dan peneliti sepakat bahwa situs tersebut bukanlah sebuah kuburan, tapi merupakan tempat pemujaan. Maka, sampai saat ini pun Gunung Padang seringkali dijadikan tempat melakukan berbagai ritual kepercayaan. Jangan heran apabila Anda menemukan banyak sekali pengunjung yang datang saat hari menjelang malam. Situs Megalitikum Gunung Padang sendiri buka sejak pagi hari hingga pukul 17.30 WIB.

Tarif masuknya sangat murah, hanya Rp 1000 per orang saja. Setelah Paseban berada tepat di situs Megalitikum tersebut, tim memeriksa jaringan telepon selularnya masing-masing. Hasilnya sangat memuaskan. Operator Indosat tampil dengan sinyal penuh. Seperti tak mau kalah, operator Telkomsel pun hadir dengan sinyal yang maksimal. Setelah hari menjelang sore, Paseban memutuskan untuk kembali ke Bandung.

Untuk akses pulang, Anda dapat menggunakan jasa ojeg. Tarifnya masih sama. Tapi, jangan harap Anda menemukan angkot di depan jalan masuk situs. Keberadaan angkot hanya dapat ditempuh di desa Lampegan. Itupun hanya sampai pukul 17.00. Bila Anda menyukai tantangan, Anda dapat berjalan kaki menikmati keindahan alam jalan menuju pulang. Jika Anda beruntung, Anda dapat menumpang mobil kap terbuka untuk pulang. [MS] 

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel