Akhir-akhir ini semakin banyak ponsel yang diproduksi dengan kamera berresolusi besar. Seperti pada Januari lalu Pantech Discover merilis ponsel dengan kamera berresolusi 12.6 MP, Oktober lalu LG Optimus G disokong dengan kamera 13 MP, bahkan HTC Titan 2 telah memiliki kamera berresolusi 16 MP. Dan tidak lupa juga bahwa Nokia pernah mengeluarkan ponsel berkamera 41 MP, Nokia 808 Pureview saat di MWC 2012. Bahkan dengan teknologi yang luar biasa ini, justru yang paling laku adalah ponsel yang memiliki kamera dengan resolusi 8 MP, seperti Samsung Galaxy S3, HTC Droid DNA, Blackberry Z10, dan iPhone 5.
Para ahli fotografi hampir semua setuju bahwa kamera handphone dengan resolusi 5 MP yang bermutu tinggi dapat menghasilkan foto daripada kamera 12 MP yang bermutu biasa. Besarnya megapixel bukan merupakan suatu jaminan dari tingginya performa foto. Malahan rumus dari terciptanya suatu foto yang luar biasa terdapat di seluruh modul kamera yang terdiri dari ukuran dan material lensa utama kamera, sensor cahaya, perangkat keras pengolah gambar, dan perangkat lunak yang merangkai perangkat itu semua.
Sensor Sebagian besar fotografer amatir dan profesional akan mengatakan pada Anda bahwa hal yang paling penting pada sistem optik adalah sensor, karena hal tersebut adalah suatu bagian yang menangkap cahaya. Sensor adalah material film pada kamera digital, tidak ada cahaya, tidak tercipta foto. Cahaya masuk melalui lensa kamera kemudian dilanjutkan ke sensor kamera yang menerima informasi tersebut dan menerjemahkannya ke dalam sinyal elektronik. Dari sini, prosesor membuat gambar dan olahan yang baik untuk mengoreksi kecacatan yang umum dalam fotografi, seperti noise. Besar dari sensor gambar itu sangat penting. Secara umum, semakin besar sensor tersebut, semakin besar pixel yang Anda milki dan semakin banyak juga cahaya yang dapat ditangkap.
Lebih banyak cahaya yang ditangkap, lebih berkualitas foto yang Anda hasilkan. Para ahli banyak yang setuju dalam mendeskripsikan hubungan antara pixel dan sensor. Hubungan ini dianalogikan oleh para ahli sebagai hubungan antara ember dengan sumur. Bayangkan jika Anda memilki ember (pixel) yang berada di pinggir sumur (sensor), Anda ingin mengumpulkan sebanyak mungkin air dengan ember yang Anda miliki. Jika menggunakan analogi ember-sumur, semakin besar ember (pixel) semakin banyak air (cahaya) yang Anda peroleh. Sensor yang lebih besar adalah alasan mengapa 8 MP dari SLR digital jauh lebih baik dari kamera handphone berresolusi 8 MP dari ponsel. Anda bisa mendapatkan besar pixel yang sama, namun pixel dari DSLR tersebut harus lebih besar sehingga dapat memasukkan lebih banyak cahaya. Semakin banyak cahaya yang masuk sebanding dengan banyaknya *noise* pada gambar dan semakin banyaknya warna.
Salah kaprahnya megapixel Anda dapat mulai dari melihat bahwa membanjiri lebih banyak pixel ke sensor mungkin bukan cara yang terbaik untuk meningkatkan resolusi pixel. Hal ini tidak menghentikan produsen ponsel untuk melakukan hal tersebut. Jon Erensen, seorang analis dari Gartner yang telah menemukan sensor kamera mengingat kembali ketika dia membuat sebuah loncatan dari 1 MP ke 2 MP. Erenson mengatakan bahwa para produsen seluler seharusnya membuat besar pixel semakin kecil namun tetap menjaga besarnya sensor kamera. Yang terjadi saat ini malah menambah besar pixel namun mengurangi jumlah sensor cahaya. Hal ini diibaratkan seperti analogi ember-sumur sebelumnya bahwa semakin kecil sumur (sensor), semakin sedikit air (cahaya) yang masuk ke sumur tersebut, maka tidak ada gunanya semakin besar ember (pixel) karena air yang masuk makin sedikit dan susah diambil. Akhirnya gambar justru semakin banyak noise karena ketimpangan ini. Hubungan antara besarnya pixel dan ukuran fisik dari sensor adalah mengapa beberapa kamera handphone berresolusi 8 MP dapat mengalahkan performa dari kamera 12MP, 13MP hingga kamera 16MP beredar saat ini.
Banyak hal yang terlibat juga, ponsel yang tipis membatasi ukuran sensor cahaya dan menambahkan sisi besarnya megapixel tanpa menambah ukuran sensor cahaya dapat menurunkan kualitas foto dengan mengurangi cahaya yang masuk. Hal ini lebih buruk dari mengurangi besar megapixel dan menambahkan sensor cahaya. Sekali lagi, menurunkan ukuran pixel secara drastis tidak selalu menjadi cara terbaik ketika Anda ingin memperbesar nilai megapixel. Bjorn Kilburn, wakil presiden HTC membagikan informasi bahwa ukuran pixel kamera 16 MP Titan 2 adalah sebesar 1.12 micron, sementara kamera 8 MP HTC One X berukuran sebesar 1.4 mikron. Hasilnya adalah kualitas foto dari dua ponsel HTC ini dapat dibandingkan pixel per pixel. Sayangnya, sebagian besar produsen ponsel tidak membagikan komponen detail dari kamera yang mereka buat serta ukuran sensor hingga kita sendiri mengetes kualitas kamera tersebut sendiri. Bahkan jika pembuat ponsel mengeluarkan detailnya, belum tentu para konsumen yang ingin membeli ponsel mengerti arti informasi ini.
Pengolah Gambar Selain kualitas dan ukuran dari sensor dan lensa pada kamera, pengolah gambar juga sesuatu yang penting. Sebagian besar CPU ponsel yang modern telah memiliki prosesor grafik yang telah dibangun di dalam chip prosesor ponsel tersebut. Hal ini menjadikan ponsel tersebut berjalan lebih cepat dan bukan hanya tergantung pada perangkat lunak lagi. Ponsel canggih sekarang dapat mengolah berbagai tipe gambar seperti foto, video, dan permainan tanpa bekerja terlalu keras hingga mengambil jatah kerja prosesor inti. Saat event MWC tahun lalu, HTC terang-terangan mengeluarkan pengolah gambarnya untuk HTC One yang diberi nama HTC Image Chip.
Pengolah gambar ini mampu mengambil gambar secara terus-menerus dengan kecepatan 0.7 detik tiap mengambil gambar. Chip yang telah diimplementasikan pada HTC One X, HTC One X+, HTC One V, dan HTC One S secara signifikan memberikan performa level foto yang telah diseragamkan antara empat model tersebut. Namun tetap saja terdapat perbedaan tentang level pengolah gambarnya antara masing-masing produk tersebut.