Indera Keenam Pada Manusia Kini Bisa Diimplan Ke Otak Menggunakan Detektor Sinar Inframerah

13 Mar 2013 11:00 3906 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Para ilmuwan secara perumpamaan telah membuat indera keenam dengan membuat implan otak yang bisa membuat otak tersebut mendeteksi sinar inframerah, meskipun tidak dapat terdeteksi oleh mata manusia biasa, namun sinar ini bisa terdeteksi dengan elektroda yang sudah diimplan ke dalam otak.

Para ilmuwan secara perumpamaan telah membuat indera keenam dengan membuat implan otak yang bisa membuat otak tersebut mendeteksi sinar inframerah, meskiupun tidak dapat terdeteksi oleh mata manusia biasa, namun sinar ini bisa terdeteksi dengan elektroda yang sudah diimplan ke dalam otak. Elektroda ini yang bertanggung jawab menerima informasi ada gerakan sinar inframerah yang diteruskan ke otak.

Peralatan yang sama sebelumnya telah digunakan untuk membantu para pasien yang mengalami gangguan syaraf motorik, seperti memberikan kemudahan bagi pasien yang setengah koma untuk dapat berkomunikasi di layar komputer dengan menggerakkan kursor yang ada di dalam monitor melalui pikiran mereka.

Namun penelitian baru-baru ini yang diadakan oleh beberapa peneliti di Universitas Duke, North Carolina merupakan studi kasus pertama dimana alat yang berupa elektroda ini diimplan ke binatang dan ternyata alat tersebut bekerja dengan baik. Hasilnya binatang percobaan tersebut bisa mendeteksi sinar inframerah.

Dr. Miguel Nicolelis menambahkan bahwa percobaan ini merupakan batu loncatan untuk terobosan percakapan hanya melalui pikiran saja. Terobosan baru ini akan diumumkan dalam bentuk paper sekitar satu bulan mendatang. Pernyataan Dr. Miguel Nicolelis dapat ditemukan di laporan jurnal Nature Communication minggu ini.

Saat dibicarakan pada pertemuan tahunan dari Akademik Amerika untuk Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Boston, Dr. Nicolelis mendeskripsikan pekerjaan misterius ini seperti "sesuatu yang tidak dibayangkan untuk bisa jadi nyata”. Paper kedua ini dijaga kerahasiaannya hingga diterbitkan, namun komentar dari Dr. Nucolelis menaikkan prospek dari implan ini bahwa interaksi antar otak dari masing-masing binatang dapat dilakukan secara langsung. Hal ini bisa dibayangkan seperti telepati dalam novel-novel fiksi.

Pada studi kasus pertama, beberapa tikus memakai detektor sinar infra merah, pada kepalanya yang terhubung dengan elektroda di otak mereka. Elektroda yang terhubung dengan detektor ini berfungsi sebagai indera peraba yang bekerja dengan sentuhan. Ketika satu dari tiga sumber sinar ultraviolet dinyalakan, beberapa tikus mulai meraba-raba kepala mereka, hal ini menandakan bahwa mereka merasa seperti menyentuh cahaya yang tidak tampak.

Setelah dilatih selama satu bulan, tikus-tikus ini belajar untuk menghubungkan sensasi yang baru dengan beberapa sumber cahaya dan mereka juga dapat menemukan sumber cahaya mana yang mengeluarkan cahaya. Akurasi dari aktivitas menemukan sumber cahaya mana yang dinyalakan ini mencapai 100 persen. Seeekor monyet juga telah diajari untuk melakukan tugas yang sama dengan tikus-tikus tersebut. Studi ini mendemonstrasikan bahwa sebuah bagian dari otak yang didesain untuk memproses sebuah perasaan atau sentuhan yang dapat menginterpretasikan tipe lain dari informasi sensorik. Hal ini dipaparkan oleh peneliti yang berhubungan dengan percobaan tersebut.

Hasil dari percobaan ini berarti secara teori, seorang yang buta karena kerusakan dari korteks penglihatan dapat memperoleh kembali kemampuan melihatnya dengan menggunakan sebuah implan di bagian lain pada otak. Dr. Nicolelis menyatakan bahwa apa yang telah dia lakukan bersama timnya adalah kita dapat membuat indera baru pada tikus-tikus percobaan tersebut dengan memberikan mereka sebuah sentuhan sinar infra merah di mana sinar ini tidak dapat terdeteksi oleh binatang mamalia.

Syaraf yang berhubungan merespon kepada sentuhan dan sinar infra merah pada saat yang bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa otak dewasa dapat memiliki suatu kemampuan baru yang tidak pernah dialami oleh binatang sebelumnya. Hal ini memberi kesan bahwa di masa depan anda mungkin bisa dapat menggunakan peralatan prostetik untuk mengembalikan kemampuan sensorik yang telah hilang, seperti dalam penelitian ini adalah penglihatan, dengan menggunakan bagian otak yang berbeda.

Penelitian ini adalah bagian dari usaha internasional untuk membangun pakaian yang menutupi seluruh tubuh yang dapat memberikan orang yang sedang lumpuh untuk dapat berjalan lagi dengan menggunakan otak mereka untuk mengendalikan peralatan prostetik untuk berjalan.

Penginderaan sinar inframerah dapat dibangun ke dalam pakaian untuk memberikan informasi kepada orang di dalam pakaian tersebut untuk merasakan apa yang mereka rasakan di luar pakaian tersebut. Hal ini sangat berguna bagi pakaian-pakaian luar angkasa yang sangat tebal dan ultra protektif. Dr. Nicolelis dan rekan-rekan seperjuangan dari proyek ini berharap untuk mengungkap exoskeleton pada saat upacara pembukaan Piala Dunia di Brazil pada tahun 2014.

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel