Dear Mas Fadli Rais,
Dari banyak artikel dan tulisan yang beredar. Mungkin tulisan mas Fadli Rais yang saya rasa cukup menggelitik. Bukan semata dari tata bahasa, dan sastra yang disisipkan. Namun juga hal-hal lain. Alhamdulillah, saya mencoba menanggapi tulisan Mas Fadli Rais sebagai salam persahabatan dari kami.
Mas Fadli Rais, pertama-tama, semoga mas tidak patah semangat dalam mencari jodoh. Karena jomblo pada hakikatnya adalah anugerah. Anugerah karena masih diberikan kesempatan dari Allah untuk selalu memperbaiki diri. Anugrah karena masih diberikan waktu untuk belajar dan belajar. Bisa terbayang berapa banyak keluarga terbangun, namun tidak berdasarkan ilmu. Bisa dibayangkan pula, bagaimana hasil dari keluarga tersebut.
Mas Fadli Rais yang baik, mungkin teror tersebut dianggap tidak bertanggung jawab. Bagaimana mungkin ketika teror tersebut dianggap tidak bertanggung jawab? padahal telah banyak ikhwah yang tertangkap, terbunuh, dan menderita baik sebelum dan setelah teror tersebut. Itulah tanggung jawab seorang muslim mas, yang mungkin dianggap harus konsekuen terhadap apa yang difahaminya.
Mas Fadli Rais yang tidak selamanya jomblo, Bagaimana penafsiran mas terkait doktrin agama dan budaya? padahal berapa banyak budaya-budaya yang lahir di nusantara bukan berasal dari Islam? Nilai-nilai kearifan lokal dan budaya kah mas yang menjadi tolok ukur? bagaimana kearifan tersebut menjadi sangat ambigu dan subjektif apabila para perusuh Tolikara hanya dihukum beberapa bulan, sedangkan para pembakar gereja divonis tahunan?
Kearifan tersebut saya anggap sebagai keluguan dan kepolosan sosio kultural masyarakat yang enggan beramar ma'ruf nahi munkar. Mas bisa lihat, begitu mudah masyarakat kita membiarkan kemaksiyatan dan dosa daripada terjadi ribut-ribut. Mungkin untuk sekedar menegur tetangga yang mabok-mabukan saja, berapa banyak orang kampung yang berani?
Kearifan itu kini menjadi toleransi tanpa batas, yang tak pantas disandang oleh orang yang disebut didalam Al Quran yang memerintahkan berbuat baik dan mencegah keburukan (amar ma'ruf nahi munkar). Kearifan itu kini menjadi toleransi subyektif, disaat LGBT dilindungi namun cadar dan jilbab dicaci maki. Kearifan itu kini menjadi toleransi pesanan, dimana masyarakat diam terhadap perpanjangan kontrak freeport dan lebih beraksi dan bersegera untuk merevisi UU terorisme.
Mas Fadli Rais yang mengaku jomblo. Kodrat manusia bukanlah sekedar saling menghargai dan menghormati. Namun yang terpenting dari itu semua adalah menghargai dan menghormati ajaran agama untuk dilaksanakan dan diamalkan pemeluknya. Bukankah Allah berfirman "Tidaklah Aku (Allah) ciptakan Jin dan Manusia, kecuali untuk beribadah".
Mas Fadli Rais yang berguru dengan mudin tua bangka di desa. Ajarkanlah kepadaku satu dalil, dimana manusia saling menghargai dan menghormati apabila ajaran agamanya dihujat. Apabila hukum agamanya dicampakkan. Apabila Uang menjadi Tuhan di episode milenium ini. Apabila tekanan asing menjadi 'Demokrasi' yang mengorbankan para buruh yang terPHK.
Mas Fadli Rais yang suka main GTA dan ngopi meski tidak di starbuck. Sungguh surga berada di telapak kaki seorang ibu. Bagaimana perasaan mas, ketika banyak ibu-ibu yang kehilangan suaminya ditembak begitu saja di jalanan oleh detasemen 88 yang dibentuk atas sumbangan 60 Milyar dari dana asing tersebut? Bagaimana perasaan mas, ketika banyak ibu-ibu yang anak-anaknya kehilangan orang tuanya. Bahkan seorang ibu terpaksa kehilangan anaknya yang dibunuh oleh pengadilan jalanan.Â
Saya lupa, ketika Texas dan Coboi-nya telah dipindah sejak 2003 silam ke Indonesia oleh Densus 88 yang melaporkan tiap akhir bulan Januari kepada Kedubes Amerika. Saya juga tiba-tiba lupa, bahwasanya negeri yang konon bernama Indonesia, kini telah berubah menjadi negara bagian Amerika Serikat karena kekayaan alamnya dihibahkan kepada Tuannya. Saya juga ternyata lupa, bahwa kampanye LGBT juga didanai oleh PBB. Saya juga telah lupa, bahwasanya kedamaian sawah dan pantai tersebut kini telah sirna ketika Tuan tersebut yang menciptakan angkara bahkan hingga di nusantara.
Mas Fadli Rais, saya cuman bisa mendoakan. Semoga mas dan para jomblo di nusantara semakin rajin membaca dan berguru. Tidak hanya kepada modin tua bangka, namun kepada semua ustadz dan ulama yang jujur. Bagaimana menilai ulama jujur? penilaian saya sederhana... Ketika mas melihat pengajar tersebut reot rumahnya, dan lusuh pakaiannya. Ia tinggalkan dunia untuk akhirat di nirwana.Â
Demikian pula para mujahid. Ia tinggalkan anak dan istrinya untuk berjuang membela saudara-saudaranya sesama muslim yang terzalimi. Mereka tinggalkan GTA dan kekasihnya untuk mengusir penjajah hingga tanahnya menjadi mandiri. Mereka tinggalkan cita-citanya sementara di dunia, untuk mendapatkan surga nan kekal abadi. Semoga para jomblo dan mas paling tidak bisa membantu mujahid, minimal dengan doa dan harapan mas yang baik.Â