Dear akhi Bahrun
Teror itu kembali muncul di negeri yang penuh dengan kearifan lokalnya. Â Keberagaman manusianya hingga adat istiadat menjadi negeri ini sering di sanjung oleh peneliti luar negeri. Â Balutan keragaman yang diusik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Teror yang mengatasnamakan kehendak pribadi dengan berselimut doktrin agama terlalu dini.  Ekspresi-ekspresi berupa kegagalan pahaman dengan dalil-dalil agama dengan konteks kebudayaan yang ada.  Kemandekan memahami ajaran sebuah agama menjadikan darah daging yang aneh dan berbeda menjadi halal. 1001 cara untuk menegakkan Negara teokrasi yang sangat berketuhanan menggunakan pendekatan amoralitas dan bertentangan dengan sifat Tuhan.
Warga tentu resah, gelisah serta gundah gulanah. Kejadian di Gedung Sarinah menjadi tagar-tagar berupa harapan dan doa bertebaran. #PrayForJakarta, #KamiTidakTakut, #KamiNaksir (khusus untuk polisi ganteng) Â dan sebagainya. Selagi kedamaian ada yang peduli, tindakan kekerasan pasti akan terkubur oleh segelintir kedamaian.
Jomblo yang sudah mendeklarasikan bahwa Pelakunya Bukan Jomblo. Mengingat perilaku tersebut mencederai kodrat manusia yang seharusnya saling mengargai dan menghormati. Berbalik menjadi saling menerkam dan mem-bom-i. Suek, memang si otak peledakan bom di JL. Thamrin Informasi yang kini bertebaran, Akhi Bahrun Naim diduga otak dari permainan GTA di Kedai Kopi Starbuck sekitarnya.
Akhi Bahrun, pernahkan berpikir bahwa anda sebagain kaum paling demen surga mereka yang wafat apakah sudah memiliki kekasih, istri, atau anak. Akhi tentu mengerti betapa perasaan jomblo sampai halal harus ternodai oleh permaian ala GTA dan Counter Strike. Polisi yang dianggap selalu benar menembaki teman-teman Akhi. Beruntung yang turun ke lapangan tidak membawa tank wa akhwatuha.
Kang Mas Bahrun, kami mah jomblo tidak berdasarkan ayat-ayat agama. Karena jomblo itu jelas penderitaan. Kalau teroris kan perjuangan, katanya. Makanya tidak banyak yang memilih untuk berkecimpung di dunia kejombloan yang tuna asmara akut. Lah, kalau soal bom-bom an itu jelas doktrin-nya dari dalil-dalil yang valid dan terbukti. Lha, kalau jomblo apa dalilnya ?. Mas, tentu belum pernah merasakan betapa sakitnya ketika pulang kerumah dan di Tanya sudah habis masa jomblonya ?. Kuping itu rasanya ingin dicopot pakai tang.
Kami mah apa atuh ? Â Membela agama tuhan tidak se heroik kakang. Aku hanya bisa berjabat dengan kaum papa miskin. Â Mengaji dengan membaca Hangudzubillah dan Simillah hirrohmanirrahim. Bersama pemuda-pemuda jomblo di desa, tidak kuliah serta cetek pendidikan agamanya. Itu pun kami sudah senang dan berharap untuk masuk surga yang jelas sedikit sekali. Kalau pakai logika yang benar, hasil sesuai dengan usaha yang dijalankan. Â Pasti kakang lebih berhak masuk surga, dan kami kaum papa tuna asmara belakangan atau bahkan didepak Tuhan.
Percayalah Akhi Bahrun. Surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.Kalau pun dengan memporak-porandakan sebuah kota adalah jalan menuju surga, berarti pemikiran anda progresif. Jomblo seperti saya, hanya dicekoki Al-Jannatu Tahta Aqdamil Ummah oleh Modin tua bangka di desa. Tentu Akhi lebih fasih karena telah terbang ke Timur Tengah berjihad di jalan yang paling benar katanya.
Jomblo-jomblo di desa yang kesulitan mendapatkan jodoh karena tekanan ekonomi dan guncangan saham. Kami tetap kok menjaga kedamaian, persatuan, dan mencoba hafal UUD 1945 serta Pancasila. Hidup di sawah kena terik matahari, setiap habis maghrib hanya kongkow mendengarkan modin tua bangka berceramah.  Relegius dan relegiusitas jomblo-jomblo desa sangat jauh dengan Akhi Barun yang ikut kajian serta akrab dengan Qur’an kerta putih.  Kakang bisa mencari dalil yang kurang valid melalui gawai atau computer jinjing yang murah harganya.  Lha, kami hanya mendengar dan bertukar pendapat dengan sesama jomblo desa yang berwajah kusam.
Akhi Bahrun cukup sekian iya. Â Selamat berpetualang di dunia GTA-mu. Â Surga tidak menghalalkan orang yang bertindak kekerasan atas nama agama, kalau malaikat Ridwan sudah tiada.
Â