Tentang Manusia yang Aku Cintai

8 Jan 2016 09:05 3414 Hits 2 Comments
Ku pikir mencintai itu harus menjadi egois, memiliki, menguasai memonopoli, semuanya, waktunya, tubuhnya, senyumnya, hatinya.

Saat merasakan senang aku mengadukannya dengan orang yang ku sayang, saat merasa sedih aku menanggungnya sendirian, lalu teringat Tuhan, ah, kenapa harus begini skenarionya…

Aku menghitung-hitung lagi…

Ternyata aku lebih banyak tersenyum daripada bersedih, lebih sering tertawa daripada menangis.

Ternyata saat aku merasa kehilangan sesuatu, aku masih memiliki banyak hal yang lain, lalu teringat Tuhan, ah, aku menjadi merasa tidak memiliki apa-apa.

Kemudian aku mencintai seseorang, kemudian aku berusaha membuatnya tersenyum, kemudian dia membuatku kecewa, kemudian kok banyak sekali kemudian, kemudian aku merasa terpukul dan menangis, aku bertanya-tanya, mengapa kau lakukan ini kepadaku, setelah apa yang ku lakukan...

Aku tak mampu menahan kesedihan, kemudian aku menangis lebih keras, aku bertanya-tanya, mengapa ini terasa begitu menyakitkan...

Lalu Tuhan memberikan jawaban, bahwa itu tanda aku belum ikhlas, ku pukul kepalaku. Benar, selama ini aku belum ikhlas, kemudian aku tertawa, menangis sambil tertawa terasa begitu menyenangkan, kemudian aku tertawa lebih keras, hingga airmataku berhenti mengalir.

Kemudian aku mencintai seseorang dan mencoba belajar ikhlas, tanpa pamrih, tanpa mengharap balas, tentu saja aku tidak mendapat balasan, cintaku bertepuk sebelah tangan.

Ku pikir mencintai itu harus menjadi egois, memiliki, menguasai memonopoli, semuanya, waktunya, tubuhnya, senyumnya, hatinya.

Ah, mengapa cinta begitu membingungkan.

Kemudian aku mencintai seseorang, memanjakannya.

Dia bertanya mengapa aku lakukan semua ini, namun aku tidak tahu jawabannya.

Aku takut cinta yang egois, tapi aku juga takut cinta yang tidak ikhlas, kemudian ku katakan kepadanya, jangan khawatir, aku melakukannya tanpa alasan, aku tahu aku berbohong

Ku katakan lagi bahwa aku akan melakukannya kepada siapa saja, aku tahu aku berbohong.

Aku tersadar bahwa cepat atau lambat aku akan menjadi egois, atau tidak ikhlas, atau munafik, saat mencintai seseorang, lalu aku memilih untuk melupakannya.

Kemudian aku menanak nasi, menggoreng ikan, membuat sambal, lalu tertidur setelah makan sambil keringatan.

Dalam tidurku aku bermimpi, rasanya begitu indah, rasanya seperti jatuh cinta, jatuh cinta kepada seseorang yang tidak ku kenal, seseorang yang aku tidak tahu wajahnya, seseorang yang membuatku tentram saat mendengar suaranya.

Kemudian aku terbangun, lalu bergegas mandi, menghidupkan laptop, aku ingin menuliskannya, namun otakku menjadi buntu, mimpiku terasa asing, terasa melekat di ingatan, namun itu hanya perasaanku saja, nyatanya aku tidak mengingat sedikitpun bagaimana mimpiku barusan.

Aku khawatir kehidupan di dunia ini juga demikian, seperti mimpi, lalu saat kau terbangun di akhirat, kau mungkin tersenyum atau meringis tanpa mengetahui sedikitpun mengapa bisa demikian, lalu aku teringat Tuhan, ah, aku jadi merinding, jangan, aku belum siap.

Kemudian ku raih gitarku, memetiknya sebentar, lalu bungkam, tidak tahu apa yang harus ku nyanyikan, ku pikir cinta itu seperti puisi atau lagu, tapi ternyata mereka sulit untuk diceritakan atau dinyanyikan.

Ku pikir cinta itu hanya sebuah cerita dalam mimpi, saat kau terbangun kau mencarinya lalu tersesat, terjatuh, terjerembab.

Kemudian aku teringat seseorang, benarkah aku mencintainya? pantaskah aku mencintainya?

Kemudian kepalaku terasa berat.

Kemudian mataku terasa berat.

Kemudian nafasku terasa sesak.

Kemudian aku bertanya-tanya dalam hati, adakah seseorang yang mau membaca ini sampai habis? jika dia melakukannya akankah dia sepenuhnya mengerti jalan pikiranku yang bahkan aku sendiri tidak mengerti dan kadang tersesat oleh pikiranku sendiri?

Kemudian aku teringat kamu, akhir-akhir ini aku selalu mengingatmu siang dan malam, siang teringat sore ku lupakan, malam teringat, pagi ku lupakan.

Aku takut jika nanti kamu menjadi korban keegoisan cinta, korban ketidak-ikhlasan cinta, korban kemunafikan cinta.

Kemudian aku ke pasar, membeli topeng, wajah dengan senyuman, aku akan memakainya sepanjang waktu, aku akan mengingatmu sepanjang waktu, dan ku pastikan kau akan mengingatku dengan senyuman ini sepanjang waktu.

Kemudian aku menawarkanmu sebutir apel, tentu saja dengan senyuman, kau menerimanya dengan senyuman pula, ku bawa senyummu dalam tidurku, tak lupa ku pasang topeng senyumku. Ah, dunia menjadi indah saat menghadapinya dengan senyuman.

Suatu malam entah mengapa aku menghitung-hitung sudah berapa hati yang ku singgahi, ternyata sebagian sedang tersenyum, dengan kekasih mereka, artinya belum tentu mereka tersenyum saat bersamaku.

Ternyata sebagian juga membawa luka yang aku tinggalkan, ku pikir aku hanya mengulang dan mengulang tanpa pernah belajar dari kesalahan.

Kemudian aku mengingatmu, ku raba topengku, masih ada di sana, kemudian aku melihat sebuah jarum, ku raih lalu menusukkannya ke telingaku, kemudian aku tertidur.

Aku kembali bermimpi, aku melihat jasadku membujur kaku, aku menangis dalam mimpiku, lalu terbangun, mimpi itu terus menghantuiku.

Kemudian aku ke pasar, membeli sebutir apel, ku pikir akan ku berikan kepada seseorang, entah akan berakhir ke dalam perut ataupun jatuh ke tempat sampah, kemudian aku teringat kepadamu.

Kemudian aku pulang, di tengah jalan aku mampir ke sebuah minimarket, membeli dua kaleng bir.

Aku meminumnya dengan temanku, dia mengambil fotoku, kemudian aku melihat sebuah bando merah muda, memakainya, lalu ku minta dia mengambil fotoku sekali lagi, aku tertawa, kami tertawa.

Kemudian aku teringat kepadamu...

Kemudian terlintas untuk menuliskan sesuatu tentang kamu, lalu aku menulis sepanjang-panjangnya, berharap takkan ada seorangpun mau membacanya, termasuk kamu, berharap Plimbi enggan mempublikasikan kiriman ini karena saking tidak bermutunya, sehingga tulisan itu hanya menguap, lalu menghilang dari ingatanku selamanya, meski aku tahu bahwa kamu begitu sulit untuk dilupakan dan akupun takkan mampu dan takkan mau menghilangkanmu dari ingatan.

Kemudian saat aku merasa sudah menulis terlalu banyak, aku tersadar bawa apa yang ku lakukan kini sungguh tak berarti, tidak akan ada yang berubah, baik aku atau kamu, ataupun siapapun yang nekat membaca ini sampai habis, ku pikir ini hanya akan sia-sia.

Kemudian ku pejamkan mata, berhenti menulis.

Ya, tidak akan ada yang berubah, besok pagi aku akan terbangun dengan topeng ini lagi, begitulah seterusnya setiap hari.

Ya, tidak akan ada yang berubah, besok pagi kamu akan terbangun lalu menghadapi rutinitas sehari-hari, kemudian aku akan mengganggumu dengan senyumku, kemudian aku menjadi terganggu dengan senyuman balasan darimu, tanpa ada yang membekas.

Begitulah seterusnya setiap hari, seolah aku hanyalah mimpi, kau lupakan ketika terbangun, atau mungkin akan kau kenang untuk sesaat, atau mungkin akan kau ingat selama beberapa hari jika ternyata aku adalah mimpi burukmu, karena sesuatu yang menyenangkan akan begitu mudah berlalu.

Ya, tidak akan ada yang berubah, besok pagi kalian akan terbangun dengan memori segar yang baru, menginput data yang baru, menghadapi hari-hari seperti biasanya dengan agenda yang sama, begitulah seterusnya setiap hari.

Kemudian hanya hampa, entah siapa yang menaruh silet itu di sana...

Ku raba pipiku, masih dengan topeng yang dulu, aku bergegas mencari cermin, menatap senyuman itu lama-lama, lalu ku lirik lagi silet yang tergeletak di sana...

Why So Serious?

Tags

About The Author

Tuhuk Ma'arit 53
Expert

Tuhuk Ma'arit

Bodoh, miskin, dan pemalas. Lahir di Kotabaru (Kalimantan Selatan) pada tanggal 30 Januari 1988. Menulis adalah hal yang biasa bagi saya, saya sudah melakukannya sejak Sekolah Dasar. Saya sudah terbiasa menyalin contekan PR, dihukum menulis di papan tulis, menulis absen dari jarak jauh ketika bolos (mungkin bisa disebut mengisi absen secara online), menulis cerpe'an sebelum ulangan, dan menulis surat cinta di tahun 90-an. Tetapi, menulis ide orisinil adalah hal baru yang akan saya kembangkan. Semoga, amin. Sekarang saya bekerja tetap sebagai pengangguran. Hobi saya yang bercita-cita memberi pekerjaan kepada sejuta rakyat Indonesia adalah bermalas-malasan. Jika istri saya tidak mengetahui akun ini, berarti status saya adalah masih single dan available. Eh?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel