Cari Tahu Kenapa Talenta SDM Dongkrak Kinerja Perusahaan

22 Jun 2015 21:19 2423 Hits 0 Comments
Penelitian global yang dilakukan SAP dan Oxford Economics mengenai Workforce 2020

JAKARTA, Plimbi- Penelitian global yang dilakukan SAP SE (NYSE: SAP) dan Oxford Economics mengenai Workforce 2020, menemukan bahwa terdapat beberapa karakteristik utama dari perusahaan-perusahaan dengan kinerja tinggi terkait penggunaan talenta sumber daya mereka (SDM) untuk mendorong pertumbuhan bottom-line. Penekanan yang lebih besar pada pengembangan talenta, berkorelasi dengan hasil keuangan yang lebih baik di perusahaan berbagai negara, termasuk Asia Pasifik.

Workforce 2020 merupakan studi global yang bertujuan untuk mengetahui praktek terbaik dan perkembangan aktual mengenai pembuatan strategi perusahaan untuk masa depan di kancah global. Oxford Economics, atas nama SAP, mensurvei lebih dari 2700 eksekutif dan 2700 pekerja, dan melakukan wawancara dengan 28 eksekutif di berbagai negara. Seperti Australia, Brazil, Kanada, Chile, Cina, Kolombia, Republik Ceko, Denmark, Perancis, Jerman, India, Jepang, Kenya, Malaysia, Meksiko, Belanda, Polandia, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris dan Amerika Serikat. Responden survey datang dari berbagai macam industri, skala perusahaan, dan kelompok usia (49% responden pekerja merupakan millennials).

Studi menentukan “pertumbuhan tinggi” sebagai perusahaan-perusahaan yang untuk kinerja rata-rata selama tiga tahun terakhir. Termasuk Australia, India, Jepang, dan Malaysia dan negara di Asia Pasifik untuk memeriksa korelasi antara tenaga kerja dan  keberhasilan perusahaan. Parameternya dengan melihat sejauhmana pemberdayaan talemta SDM dan korelasi untuk mendukung kinerja perusahaan.

Tercatat, perusahaan di Asia Pacific memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan perusahaan yang dapat menarik kualitas talenta SDM dengan lebih baik. Sebanyak 64% perusahaan dengan kinerja tinggi merasa puas dengan kualitas kandidat kerja mereka, jika dibandingkan dengan 56% perusahaan dengan marjin profit di bawah rata-rata. Selain itu, sepertiga perusahaan dengan kinerja rendah di Asia Pasifik mengatakan bahwa kesulitan dalam merekrut pekerja dengan kemampuan level dasar, berdampak pada strategi tenaga kerja mereka.

“Perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik tak diragukan mampu mendorong pertumbuhan bisnis, di mana Workforce 2020 merupakan pengingat bahwa pertumbuhan sangat terikat pada perkembangan tenaga kerja yang kuat,” kata Jairo Fernandez, Senior Vice President, Human Resources, SAP Asia Pasifik Jepang (APJ),dalam paparan persnya (22/6) yang dirilis, di Jakarta.

Dikatakan, kunci untuk mengelola sumber daya manusia dengan baik adalah menemukan, mendukung, dan mendorong talenta yang tepat. Guna mendukung hal ini, penggunaan teknologi (HR management system) dapat membantu Human Resources Manager mengamati dan mengidentifikasi SDM untuk memperkuat perusahaan yang pada akhirnya membawa perusahaan pada kinerja bisnis yang lebih baik. “Di SAP, kami melihat pertumbuhan kami yang kuat datang dari orang-orang yang luar biasa dan hebat dalam membantu pelanggan berjalan lebih baik dan sederhana,” ujarnya.

 

Baca juga :

               Beli Laptop Buatan Microsoft Gratis Xbox One?

               Ini 5 Ciri Anda Terlalu Banyak Konsumsi Gula Saat Puasa

 

Dikatakan, perusahaan-perusahaan yang memiliki pendapatan tertinggi semakin banyak menggunakan strategi pengembangan tenaga kerja, bila dibandingkan dengan sepertiga pemain yang memiliki kinerja rendah. Tercatat perusahaan-perusahaan Asia Pasifik berkinerja tinggi memprioritaskan isu tenaga kerja pada Level-C. Sebanyak 77% eksekutif  pada perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi di Asia Pasifik mengatakan bahwa isu tenaga kerja telah mendorong strategi Direksi, dibandingkan 64% diantara pemain berkinerja lebih rendah.

Temuan lain yang cukup mengejutkan, 40% pemain berkinerja rendah mengatakan bahwa mereka memiliki dana yang cukup dan sumber daya yang didedikasikan untuk mengembangkan talenta, dibandingkan dengan 23% pemain berkinerja tinggi. Juga lebih banyak lagi perusahaan dengan profit margin rendah yang juga menawarkan pelatihan tambahan (73% vs 56%), mentoring formal (69% vs 61%), dan insentif untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut (40% vs 22%).

Dalam hal kelangsungan keterampilan, sebanyak 35% pemain berkinerja rendah mengatakan, ketika seseorang dengan keterampilan utama megundurkan diri, perusahaan cenderung mengisi yang kosong dengan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut,. Hal ini berlawanan dengan pemain berkinerja tinggi yang hanya 23% melakukan hal tersebut, dan lebih banyak merekrut dari luar.

Hal lain, para eksekutif pada perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi di Asia Pasifik mengatakan bahwa kemampuan analisa talenta SDM tak lepas dari penggunaan teknologi di organisasi mereka, mengalahkan perusahaan berkinerja rendah: analisis (62% vs 55%). Seperti penggunaan perangkat lunak produktivitas kantor (58% vs 49%); dan media digital (36% vs 27%).

SAP (NYSE) merupakan pengembang software aplikasi bisnis untuk berbagai skala dan industri agar dapat berjalan lebih baik. Dari back office sampai ke ruang rapat, gudang sampai ke toko, komputer meja sampai perangkat mobile (komunikasi genggam). Untuk pananganan SDM, SAP memil iki layanan software SuccessFactor yang tersedia dalam cloud system.  Produk SuccessFactors Foundation mencakup modul-modul seperti Employee Profile, Basic Jam, Talent Insights, Job Profile Builder, e-learning dan modul lainnya. Secara keseluruhan, aplikasi SAP memungkinkan pelanggan beroperasi dengan system TI yang terintegrasi untuk terus tumbuh secara berkesinambungan. (AC)

Tags

About The Author

Juanda san 54
Expert

Juanda san

Writer and blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel