Benarkah Kebutuhan Baterai Smartphone Sama Dengan kebutuhan Energi Lemari Es?
Listrik adalah energi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Kita tidak bisa membayangkan apa jadinya jika listrik tidak ada. Anda pasti tidak akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari seperti menggunakan komputer, mendengarkan musik di smartphone kesayangan Anda, atau menonton berita-berita dan acara kesayangan Anda di televisi. Dunia akan gelap karena tidak ada cahaya lampu yang menerangi malam hari Anda. Tentunya kita sangat beruntung hidup di masa di mana teknologi tumbuh begitu pesatnya. Bayangkan saja jika Anda hidup di jaman ketika listrik belum ditemukan. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam memanfaatkan energi yang ada saat ini.
Bila Anda memasang smartphone Anda ke aliran listrik untuk pengisian baterai smartphone, ia menarik sejumlah energi yang tidak berarti jika dibandingkan dengan peralatan elektronik rumah tangga lainnya seperti set-top box atau kulkas. Namun tahukah Anda? Dalam hal jumlah listrik yang dibutuhkannya untuk memindahkan data melalui jaringan untuk total, katakanlah, video berdurasi satu jam ke smartphone atau tablet Anda setiap minggu dan terus menerus selama satu tahun, maka daya yang digunakannya lebih dari yang dibutuhkan oleh dua unit kulkas.
Dan meskipun ponsel, alat elektronik, dan peralatan lainnya menjadi efisien, efisiensi tersebut tidak diimbangi dengan perkembangan perangkat ini di seluruh dunia. Sebuah studi yang dilakukan oleh U.S. National Mining Association and the American Coalition for Clean Coal Electricity menyelidiki energi yang digunakan oleh ICT (information-communication technologies).
Ekosistem ICT global menggunakan sekitar 1.500 terawatt-hour listrik per tahun, yang setara dengan listrik yang digunakan oleh Jepang dan Jerman yang digabung. Angka tersebut akan terus meningkat, terutama karena arsitektur layanan awan yang menyusul jaringan nirkabel.
Studi tersebut mencatat, bahwa pertumbuhan permintaan daya listrik disebabkan karena gadget ini tidak hanya berasal dari orang-orang yang menonton video di tablet. Hal ini juga didorong oleh “revolusi dalam segala bentuk kesehatan hingga mobil, dan dari pabrik hingga peternakan.â€
Energi untuk memenuhi kebutuhan industri dan konsumen aplikasi pasti datang dari satu tempat. Pusat data, stasiun berbasis nirkabel, dan jaringan kabel sebagian besar ditenagai oleh batubara, bahan bakar yang masih dominan di dunia untuk pembangkit listrik.
Penelitian ini berpendapat bahwa perusahaan pusat data di Iowa mendapatkan 70% energinya dari batubara dan 25% lagi dari angin, dengan biaya sekitar $350 juta, lebih sedikit jika dibandingkan dengan di California, dengan tidak menggunakan batubara dalam campuran energinya.
U.S. Environmental Protection Agency menimbang aturan polusi udara lintas negara, yang saat ini masih ditahan sampai putusan lebih lanjut, aturan yang mengatur tentang kadar merkuri dan logam berat lainnya ini dijadwalkan mulai berlaku pada bulan April 2015. Presiden Obama juga menyerukan untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara yang ada, untuk memenuhi stAndar emisi gas rumah kaca yang leibh ketat.
Â
Baca juga :
          Lemari Es Mulai Dihinggapi Bau Kurang Sedap? Atasi dengan 6 Cara Alami Ini!
          5 Antivirus Terbaik Untuk Melindungi Komputermu
Â
Di India, pasar mobile terbesar kedua setelah Cina, 75 persen BTS ponsel di pedesaan dan 33 persen di perkotaan harus menjalankan energi alternatif pada tahun 2020. Di beberapa daerah yang melihat pertumbuhan eksplosif dalam jaringan mobile, seperti India dan Cina, mungkin lebih masuk akal untuk BTS di pedesaan untuk menggunakan energi terbarukan daripada memperpanjang jaringan listrik.
Efisiensi energi juga bisa membantu membendung pertumbuhan permintaan listrik. Mark Mills, CEO Digital Power Group mengatakan, permintaan listrik ICT di seluruh dunia meningkat dua kali lipat dalam satu dekade dan peningkatan efisiensi yang sebelumnya belum pernah dilakukan telah dibutuhkan saat ini.
Pekerjaan tersebut sudah berlangsung. Pada tahun 2015, GreenTouch Consortium, yang dijalankan oleh Bell Labs, berencana untuk membuat jaringan ICT 1000 kali lebih efisien seperti yang telah bekerja pada tahun 2010. Grup ini mungkin belum dapat mencapai tujuan tersebut pada tahun 2015, namun Thierry Van Landegem, ketua dari GreenTouch, mengatakan awal tahun ini bahwa pengurangan konsumsi energi dalam jaringan sebesar 90% pada tahun 2020 akan dapat dijangkau.
Van Landegem mengatakan, mereka sangat bangga dengan kemajuan yang telah mereka buat dalam tiga tahun pertama, namun masih banyak lagi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan menemukan kembali teknologi yang ramah lingkungan. [RIC]