Baterai Lithium-ion pertama kali ditemukan pada tahun 1970 oleh M.S. Whittingham. Saat itu baterai ini menggunakan titanium sulfide sebagai katoda (kutub positif) dan lithium metal sebagai anoda (kutub negatif). Selama 20 tahun intensif dalam penelitian, akhirnya baterai Li-ion diproduksi secara komersial oleh Sony. Sejak saat itu baterai ini mengalami kenaikan cukup signifikan dan telah membuat revolusi di dunia elektronik. Bahkan di tahun 2007 Jepang menjadi negara produsen baterai terbesar yang dimiliki oleh Sony, Panasonic dan Toshiba.
Keunggulan yang dimiliki baterai Lithium-ion di antaranya baterai ini lebih kuat jika dibandingkan dengan baterai NiMH yang kapasitasnya dapat hilang hampir 20% per bulan, Li-ion justru hanya 5% saja. Baterai ini juga dapat menampung 150 Watt per jam pada setiap kilogramnya, hal ini tentu saja lebih bertenaga dibanding baterai NiMH yang hanya bisa menampung 100 Watt per jam pada setiap kilogramnya. Selanjutnya Lithium-ion lebih ringan karena elektrodanya terbuat dari bahan lithium ringan dan karbonnya merupakan elemen yang sangat reaktif, dengan kata lain banyak energi yang dapat di simpan pada ikatan atomnya. Selain itu, baterai ini juga lebih awet karena dapat menahan hingga ratusan kali siklus isi ulang dan tidak ada efek memori, sehingga pengisian ulang tidak perlu menunggu baterai benar-benar kosong dan bisa melakukan charge kapan saja. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, tidak heran jika banyak alat elektronik menggunakan baterai ini, termasuk ponsel dan laptop.
Di samping beberapa kelebihan di atas, baterai ini juga memiliki kekurangan, yaitu daya tahan baterai 2 sampai 3 tahun sejak pemakaian awal, meskipun untuk ke depannya Anda menggunakan baterai ini atau tidak, namun umumnya maskimal charge untuk baterai ini sebanyak 400 hingga 600 kali, setelah itu kemampuan baterai akan menurun dengan sendirinya. Kemudian baterai ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi, akan cepat rusak jika pemakaian sampai kosong, harganya sangat mahal dan mudah terbakar atau meledak. Kekurangan atau kelemahan pada Lithium-ion memang memiliki dampak sangat buruk. Oleh karena itu, bagi Anda yang menggunakan baterai ini pada perangkat Anda, sebaiknya Anda merawatnya dengan baik. Selain menghindari kecelakaan, dengan perawatan yang baik maka daya kerja baterai juga bisa optimal. Dengan begitu, kegiatan Anda dengan menggunakan perangkat yang dimiliki pun bisa bekerja dengan baik.
Agar baterai pada perangkat Anda dapat beroperasi secara maksimal, simak beberapa tips cara merawat baterai Lithium-ion berikut ini:
-
Lakukan charging baterai seminimal mungkin. Meski men-charge baterai bisa dilakukan kapan saja, namun umur baterai ini hanya bertahan 2 sampai 3 tahun. Jika terlalu sering melakukan pengisian ulang dengan tidak teratur, tidak menutup kemungkinan umur baterai bisa lebih pendek dari yang seharusnya. Jadi, hindari pengisian ulang secara terus menerus.
-
Jika dalam jangka waktu yang lama Anda jarang menggunakan baterai untuk perangkat Anda, maka lepas baterai dan simpan pada suhu yang rendah. Karena jika Anda menyimpannya di suhu yang panas, maka isi baterai akan terkuras.
-
Lakukan pengisian pada baterai yang jarang dipakai agar baterai yang tersimpan tidak kosong. Namun, pengisian cukup 40%-50% saja.
-
Gunakan charger yang berkualitas, karena kualitas charger yang Anda pakai berpengaruh terhadap umur baterai, bahkan tidak menutup kemungkinan dapat merusak perangkat Anda akibat kemampuan charger tersebut yang tidak memberikan aliran listrik dengan stabil.
-
Jangan menyimpan baterai pada suhu sangat dingin atau panas.
-
Hindari baterai pada benturan keras.
-
Matikan terlebih dahulu perangkat Anda jika Anda ingin melepas baterai.
-
Hindari menyimpan baterai di bawah sinar matahari secara langsung.
-
Jauhkan baterai dari benda-benda metal, karena jika terjadi kontak terutama pada bagian konektor akan menimbulkan arus pendek.
[RF]